Natal sebentar lagi.Mungkin ada yang sibuk atau bingung pilihan kado,seperti saya.
Kemudian jadi ingin kasih kado homemade, jahit sarung bantal dekorasi pakai nama datang di kepala untuk anak-anak. Sebelumnya saya bikin sample terlebih dahulu, karena belum pernah menggunakan stitch appliqué dari mesin jahit.
Saya pakai stitch zigzag no 5 yang ada di mesin jahit, dengan settingan seperti foto di bawah ini.
Cushion cover ini saya buat size 39X39 cm untuk bantal ukuran 40X40 cm. Dengan sew allowence saya cut kain katun dari toko kain lokal Mondial Tissus ukuran 40X40cm, pakai zipper.
Silahkan googling, banyak contoh cover yang lucu dan bagus di inet ;)
Laurel ini saya jahit saat pengetahuan jahit dan fitting masih sangat dangkal :D (sekitar tahun 2012). Pertama jahit muslin di size 10 grading 12 di waist, jadinya seperti karung beras XXL :p jadi saya ambil 1cm di bagian bahu, 3,5 cm di bagian pinggang (bodice
front), 2 cm dari center back dengan skip zipper dan 2cm dari pinggang (bodice back). Hasilnya, over fitting aka ngepas :D
Muslin kedua (wearable muslin) saya coba size 6 di shoulder grading size 8 bust, waist, hips, lumayan hasilnya karena tidak selonggar size 10 (saya skip zipper karena bisa masuk tanpa zipper).
Moisitha:
Laurel pertama saya ini dibuat di musim panas 2015. Tepatnya di bulan Agustus. Polanya terbilang untuk pemula (beginner) karena tidak ada teknik yang terlalu sulit. Namun yang perlu diperhatikan bagi yang benar-benar baru mulai menjahit adalah:
teknik memasang binding di bagian kerah
teknik memasang invisible zipper
teknik memasang lengan
Model bajunya sendiri bukanlah yang pas di badan. Namun tentu saja bagian darts harus sesuai dengan badan kita. Karena itulah saya melakukan sedikit modifikasi di bagian bust darts karena bila saya mengikuti pola aslinya, jatuhnya darts terlalu jauh di atas.
Versi yang saya jahit ini adalah versi kedua dari pola Laurel. Untuk kantung dan binding, saya menggunakan sisa kain batik dari Indonesia.
Bahan: katun popeline dari Les Coupons de Saint Pierre
Size: 8 dengan modifikasi di bagian bust darts
Second trial adalah Laurel dress untuk musim gugur. Masih versi yang sama yaitu kedua namun tidak menggunakan kantung.
Sorbetto free pattern Colette pattern , versi pertama saya jahit ( Juli 2013) dari scarf Zara :D kainnya lebar,warnanya saya suka. Jahit di size 4, awalnya OK, lama-lama kain mengerut blouse sedikit pas di bagian dada dan perut , hohoho...jarum timbangan naik, man :p Next time akan coba jahit di size 6.
Moisitha:
Canicule atau gelombang hawa panas beberapa waktu yang lalu (summer 2015) membuat saya bertekad untuk segera menjahit satu potong Sorbetto menggunakan sisa kain katun voile yang ada. Sesuai dengan informasi sebelumnya, pola Colette ini termasuk mudah apalagi kalau kita sudah terbiasa memasang bias. Untuk Sorbetto canicule ini, saya menambahkan kerah sebagai hiasan (self drafted). O iya, size-nya 8 kalau ngga salah.
Hasilnya: yah, mudah lah. Dan enak sekali digunakan di cuaca panas. Sayangnya saya merasa Sorbetto ini kurang panjang. Sorbetto kedua harus lebih panjang!
Project ini termasuk dadakan. Waktu itu ada Kids Clothes Week yang bertema khusus (lupa apa). Kemudian saya menawarkan kepada si kecil apakah dia mau dibuatkan dress dengan bahan yang serupa dengan salah satu dress saya (soalnya ada sisanya). Dia bilang mau. Sekalian saya tawarkan juga penutup kepala ala animal. Dia maunya kucing seperti Chi. Tapi akhirnya malah jadi domba :D
Tahun 2015, saya membuat beberapa planning terkait menjahit. Salah satunya adalah belajar membuat coat. Menurut beberapa artikel yang saya baca, sebagian model coat itu sebenarnya sederhana. Yang mungkin agak sulit adalah bila kita menjahit lapisan yang tebal karena bahan coat biasanya tebal kan... Untungnya saya sudah pernah mengambil kelas Angela Wolf di Craftsy yang membahas tentang permak baju. Ada bagian menjahit celana jeans yang juga tebal dan Angela mengajarkan satu trik untuk mengakalinya.
Kembali ke rencana membuat coat, saya agak kesulitan menentukan pola yang akan digunakan. Namun begitu Waffle Patterns meluncurkan pola Yuzu Coat, saya langsung membelinya. Ini adalah satu tindakan impulsif buying pertama saya untuk pola menjahit (ahaha...). Tapi tentu saya melihat ada kebutuhannya. Jadi bukan impulsif ya? Bukan kan, kan...
Pola Yuzu Coat ini menarik karena bagian kerahnya tinggi. Ini penting bagi saya yang suka tidak tahan udara dingin terutama di leher (dan saya kadang malas pakai syal). Kerah Yuzu ini bisa juga dilipat ke bawah sehingga memberikan kesan kerah lebar (suka bangets!). Kemudian bagian lengannya raglan dan ada dua versi kantong. Detailnya bisa dilihat di site Waffle Patterns. Sebenarnya sudah lama saya ingin mencoba pola dari merk ini (modelnya bagus-bagus) dan akhirnya terwujud dengan Yuzu.
Kain yang saya gunakan adalah kain wol Shetland yang dijual salah satu seller di eBay (base seller di Belgia). Kain ini ternyata unik karena bagian dalam sudah ada interfacing. Jadi seperti interfaced wool fabric. Untuk itu, saya tidak memberikan lagi interfacing yang diinstruksikan dalam tutorial Yuzu pattern. Bahan lining alias furing adalah satin lining warna hitam kiriman dari ibunda di Jakarta.
Perhatian: harus hati-hati dalam memotong kain supaya tidak ada masalah saat menyambung pieces yang ada. Berhubung bahan coat itu tebal, jadi usahakan menaruh banyak pattern weight alias pemberat saat memotong. Dan akan lebih baik lagi bila kita menggunakan rotary cutter (daripada gunting). Make sure rotary cutter-nya tajam ya.
Untuk seam allowance, kalau mau praktis, tempel saja tape seperti foto di atas. Tentu diukur dulu ya jarak antara jarum dan posisi tape. Jadi nanti kita bisa lebih mudah dalam menjahit karena seam allowance sudah dibatasi oleh tape. Perhatikan juga saat topstitching dan jaga supaya lurus-rus. Kalau perlu gunakan sewing foot khusus untuk topstitching (saya sih ngga punya tapi pakai foot lain yang bisa membantu - ini satu trik dari kelas Craftsy 40 Techniques bla bla...).
O iya, mungkin ini penting juga. Kantong. Ada dua versi kan di pola Yuzu ini. Dan saya memilih versi yang susah dong (cari tantangan). Ternyata begitu jadi, saya puas sekali. Neat.
Kemudian saya ketemu masalah serius saat memasang kerah: ukuran panjang kerah tidaklah sama dengan ukuran lingkar leher di bodice. Nah, makanya kembali ke urusan pemotongan kain, hati-hati ya... Jangan sampai keder kayak saya :D Di sini saya harus mengambil beberapa centimeter bagian sambungan punggung belakang supaya lingkar leher dan panjang kerah bisa matched.
Selebihnya semua lancar. Paling hanya masalah kancing yang sempat menunda coat ini kelar. Untuk coat, kancing yang digunakan umumnya berdiameter besar. Kurang lebih 20 mm. Dan ternyata saya tidak ada stock yang sesuai. Akhirnya saya membelinya di satu toko keperluan menjahit di kota Bourges saat kami berakhir pekan ke tempat Mamie.
Pola Saiph Tunic ini dikeluarkan oleh Papercut Patterns. Menurut kabar burung, pola-pola dari merk ini tergolong besar. Jadi kalau biasanya kita memakai ukuran L, khusus untuk pola Papercut bisa saja M atau malah S! So cek dulu sebelumnya ya. Atau buatlah muslin-nya.
Muslin pertama saya untuk Saiph Tunic ini termasuk wearable dan saya mengambil versi yang kedua. Saya membuat pakaian ini dengan amat sangat tenang dan hati-hati. Rasanya belum pernah saya membuat baju sesantai ini. Damai rasanya.
Secara umum, pola Saiph Tunic ini terbilang mudah dan sederhana. Tidak ada teknik khusus dalam proses konstruksinya. Namun buat saya tetap ada catatan untuk Saiph Tunic berikutnya yaitu:
Bagian rongga belakang punggung dimana ujung atasnya dipasang pengait kancing: terlalu panjang bolongnya >_<. Saya harus perpendek sekitar 2 inches.
Facing leher khususnya bagian depan/dada: walau sudah understitching tapi kok tetap suka naik. Saya harus slip stitch sedikit. Kalau ada double face interfacing, mungkin akan lebih baik tapi saya tidak punya.
Size yang say ambil adalah M dan ternyata masih kebesaran! Ouch... Yang berikutnya harus pakai size S tapi panjang lengan tetap ikut yang size M.
Bust dart tampaknya harus di-adjust sedikit.
Berhubung saya tinggi, kalau mau si Saiph Tunic kelihatan seperti dress, sebaiknya diperpanjang sekitar 10-15 cm. Ok!
Bahan:
Katun floral dari Les Coupons de Saint Pierre, Paris
Dari majalah Ottobre edisi musim panas 2015, saya memutuskan untuk membuat dress berbahan knit untuk si kecil. Judul polanya ada Lionella dress. Dan berkenaan dengan awal musim gugur yang mulai terasa semriwing, saya membuatkan juga satu cardigan panjang dengan pola dari satu buku menjahit Jepang (yang ini). Kedua pakaian ini sengaja saya buat matching dari sisi warna.
Untuk Lionella dress, saya harus membuat gathering di bagian panel rok sebelum dijahit ke bodice. Untuk kain berbahan knit, gathering akan lebih cucok dengan bantuan elastik yang biasa digunakan untuk menjahit cloth diaper (atau baju renang juga?). Di sini akan terasa sulit bila kita tidak terbiasa menjahit elastik. Berhubung sudah lama saya tidak menjahit cloth diaper, jadi kali ini pun terasa kagok. Untungnya hasil tidak mengecewakan.
Modifikasi kecil saya buat di bagian leher. Di majalah Ottobre, finishing bagian leher menggunakan knit band. Berhubung saya belum pernah melakukannya, jadi saya prefer dengan finishing seperti pada Plantain t-shirt.
Untuk cardigan, sebenarnya ini merupakan kedua kalinya saya membuat dengan pola yang sama. Hanya saja kali ini bahannya cukup (ahaha...). Versi pertamanya dibuat pendek dan ada modifikasi bagian leher karena bahan tidak cukup. Nah, versi kedua ini benar-benar mengikuti buku.
Bahan:
Lionella - interlock cotton bermotif animal dari Indonesia
Cardigan - jersey cotton pink polos dari Ty Florian (dengan variasi band kancing dan leher dari bahan Lionella)
Yaaay! Gilet atau cardigan Cannelle yang sempat tertunda akhirnya selesai dan saya s u k a ! Canelle ada 2 model, A dan B, saya jahit yang model A.
Ini pertama kalinya saya jahit pattern dari Christelle Coud ( french indie pattern). Petunjuk tentunya dalam bahasa prancis, singkat tapi ada foto & skema. Selain melihat petunjuk pattern, saya lihat juga ini blog penjelasan dan say 'nyontek' sew-along canelle nekad jahit tanpa bikin muslin duluan, karena tidak punya kain muslin yang "sejenis". Kain jersey matelassé (quilted jersey knit) yang saya pakai untuk jahit cardigan ini saya beli di Marché du Tissu beberapa bulan lalu ( 10€/m).
Size yang saya pilih 40 :p ; kain sekitar 1m50.
Modifikasi/alteration:
Memperpendek bodice 5cm
Memperpendek collar 5cm ( karena bodice dipendekin) :p
Memperpendek lengan 3cm
Proses jahit 95% pakai serger. Saya pakai elastik di pundak untuk memperkuat jahitan ( thanks,S,untuk elastik popoknya, berguna sekarang ;) ).Sebenarnya jahit cardigan ini bisa cepat seandainya saya tidak salah jahit posisi collar :p . Seharusnya memasang collar bagian wrong side(WS) di atas right side (RS) bodice,tapi saya buat kebalikan. Repotnya remove stitching obrasan itu di kain matelassé agak tebal :(, apalagi saya menggunakan 4 benang obras, lengkaplah sudah penderitaan proses pendedelan :D
Pada awalnya saya siapkan jarum stretch untuk jahit (kalau tidak ada mesin obras, pakailah jenis jarum ini untuk kain stretch), tapi kemudian berubah pikiran hanya menggunakan mesin obras saja.Twin needle utk jahit hem sleeve dan hem bodice.
Oiya, untuk setting serger supaya next time kalau jahit di tipe kain sejenis, saya mau pakai setting yang sama saja.
Di blog ini ada petunjuk untuk menambahkan saku di depan seperti yang ada di video ini juga. Cardigan berikut saya ingin tambahkan dua saku.
Pattern PDF blouse Maeva pattern Prancis,-Republique du Chiffon adalah salah satu pattern yang saya gunakan untuk latihan jahit collar shirt. Saya termasuk yang menyukai model-model kemeja berkerah atau shirtdress, termasuk model Maeva.
Pertama jahit Maeva ( Juni 2014) di kain diskon dari Mondial Tissu, kalau tidak salah ingat kain sekitar 1m20, langsung saya potong di size 40, tanpa modifikasi apapun.
Maeva sangat simple, tanpa darts. Tantangan ada di jahit kerah dan button holes.
Hasilnya ? huummmh... not bad. TAPI, versi berikutnya akan saya rubah hal-hal sbb :
Memperpanjang bodice
Memperpanjang lengan
Menambahkan lingkar lengan atas :p
Proses jahitnya terbilang cukup mudah,selain proses pemasangan kerah yang membutuhkan sedikit ketelitian supaya rapi.
*Blouse ini telah berpindah tangan saat saya pulang ke kampung :) So, harus jahit lagi nanti .
Blouse Scout tee dari Grainline studio ini merupakan salah satu pattern favorit saya. Model basic,simple, gampang di jahit dan berpotensi untuk di modifikasi jadi modelain yang menarik (misalnya jadikan tunik, lengan nya di panjangin, model V neckline,etc). Bisa di jahit di berbagai jenis kain,katun,crepe,jersey/knit,tentunya beda jenis kain beda hasil.
Selain
itu, buat saya hanya dengan kain 1 meterpun bisa jahit scouttee :).
Sejauh ini saya sudah jahit 3 scouttee dari kain katun misalnya seperti ini , sekarang ingin coba jahit di kain crepe ( Mondial Tissu).
Ukuran kali ini saya pilih di size 6, tapi karena kain crepe lebih fluid,saya kurangi side seam di bagian waist sekitar 1cm di tiap sisi depan dan belakang, total kurangi 4cm di bagian waist. Sayangnya lengan tidak dirubah, saya lebih suka kalau di panjangin sekitar 4-5 cm. Selain menambahkan panjang bodice 4cm, saya ganti finishing neckline bias binding dengan facing neckline.
Jahit kain crepe ini pakai jarum microtex ukuran 70/10, jangan lupa dengan benang polyester. Saya hampir salah memilih benang cotton, yang sangat tidak di anjurkan untuk menjahit bahan non-cotton. Kalau beli benang, usahakan check benang polyester, lebih kuat jahitannya dan bisa untuk menjahit hampir semua jenis kain.
Saya hunting pola Banksia (dari Megan Nielsen) sampai kemana-mana. Soalnya naksir berat tapi di websitenya sendiri waktu itu out of stock. Akhirnya saya menemukannya di satu online store Swedia dengan lokasi stok barang di China. Itu pun stok tinggal dua. Buru-buru deh pesan.
Kenapa sih Banksia Top ini menarik hati? Kerahnyaaa... :D Berhubung punya obsesi tersendiri sama baju berkerah Peter Pan, jadi Banksia ini dicari-cari ke seluruh penjuru dunia *lebay*.
Atasan ini sebenarnya sederhana saja namun levelnya bisa jadi intermediate karena ada placket untuk kancing di bagian depan. Teknik membuat placket ini ada dua dan keduanya dijelaskan di dalam instruksi pembuatannya.
Atasan ini sangatlah simple tapi cucok untuk sehari-hari. Bahkan kita bisa juga menggunakannya sebagai atasan kain batik untuk acara kasual. Cara membuatnya termasuk mudah karena menggunakan serger. Tapi bisa juga kok kalau mau pakai mesin jahit rumahan. Pilih jenis stitching yang zigzag atau kalau ada yang untuk bahan stretch ya.
Oh iya, pola yang dipakai apa? Polanya dari Tessuti, namanya Our Fave Top pattern. Gratis lho! Tinggal daftar ke website Tessuti dan kemudian bisa download deh. Polanya cuma dua pieces yaitu bagian depan dan bagian belakang. Setelah kain dipotong, tinggal satukan, jahit bagian pundak, jahit bagian bawah lengan sampai ke bawah (ujung baju), hemming lengan, bawah baju serta neckline, jadi deh. Cuma ingat ya, pola ini ditujukan untuk bahan knit. Makanya disarankan untuk pakai serger supaya sret-sret... lebih cepat jadinya :)
Berhubung bahan jersey yang saya gunakan ini termasuk tipis, jadi harus pakai dalaman kalau ngga mau transparan. Sisa bahan sebenarnya bisa digunakan untuk membuat tanktop sederhana. Yuk! *eh*
Setelah liburan panjang musim panas yang lalu, anak-anak mulai masuk sekolah lagi di awal September. Saya menyempatkan diri untuk membuat satu dress cantik untuk si bungsu yang mulai memasuki bangku SD. Pola yang dipilih adalah Ice Cream Dress dari Oliver and S (link di sini). Bila Anda ingin melihat kreasi-kreasi para ibu lainnya yang membuat Ice Cream Dress, silakan googling. Banyak sekali dan semuanya lucu-lucuuu...
Tingkat kesulitan: bagi saya mudah ya. Yang perlu diperhatikan adalah pembuatan sudut aksen di bodice bagian atas dan sudut aksen di kantong.
Bahan: katun polkadot biru dan katun cupcakes dari Indonesia
Project atasan batik ini dibuat di bulan Juni 2015 dan untuk dipakai pada satu acara kebudayaan Indonesia di KBRI Paris. Pola yang dipilih adalah Sailor Top dari Fancy Tiger Crafts.
Berhubung saya mendapatkan pola ini via CreativeBug, jadi saya bisa melihat tutorial cara membuat Sailor Top ini dari video yang mereka buat, tentunya bekerja sama dengan CreativeBug.
Tingkat kesulitan: mudah. Teknik yang perlu diperhatikan adalah saat membuat kerutan di bagian bodice. Itu saja. Video tutorial sangatlah jelas-las.
Bahan: kain batik dari Indonesia
Size:: M tanpa modifikasi
Sewaktu dikenakan, atasan ini pas di badan saya. Namun ternyata tidak cukup nyaman karena ketat di dada. Akhirnya atasan ini saya berikan kepada anak sulung saya.
***
Fyi, tentang CreativeBug. CreativeBug adalah salah satu tempat belajar online untuk materi-materi yang terkait dengan craft dan DIY. Berbeda dengan Craftsy yang menggunakan sistem pembayaran per kelas yang kita ambil, CreativeBug menggunakan sistem berlangganan dimana per bulannya kita membayar 4.95 dollar (US) yang akan di-kredit secara otomatis ke kartu pembayaran kita. Materi yang ada di CreativeBug sangatlah luas. Secara umum saya sangat puas dengan ragam materi, kualitas video serta tarif berlangganan yang tidaklah mahal. Hanya satu yang sempat menjadi masalah yaitu komunikasi dengan layanan pelanggannya sewaktu saya ada masalah dengan membership (kartu kredit ganti baru, jadi otomatis langganan terhenti karena nomornya berbeda, kemudian saya update dengan nomor kartu baru namun tidak berhasil walaupun tertulis "transaksi berhasil"). Penyelesaian tidak jelas karena mereka tidak mengkomunikasikannya dengan saya. Tidak ada notifikasi apapun bahwa kemudian saya mendapat akses yang kelihatannya free untuk sementara waktu. Kemudian tidak ada notifikasi juga bahwa akses khusus itu habis dan saya harus membayar kembali. Bagi saya, sistem komunikasi dalam layanan pelanggan mereka sangatlah mengecewakan. Tapi ini tidak menghentikan saya dalam berlangganan kembali mengingat materi mereka cukup bagus dan bisa digunakan oleh anak-anak saya. Semoga ke depannya Creativebug meningkatkan layanan pelanggan mereka.
Ahaaaaa..
Akhirnya tercapai keinginan untuk jahit Morris blazer dari grainline studio.
Model ini sudah jadi idaman saya sejak lama, blazer cool (bisa jadi semi formal atau formal tergantung jenis kain), gampang di padukan dengan kemeja,dress,tshirt. All in one ;)
Kain saya pilih knit ponte di roma (10€/m ) dari Marché du tissu,sepertinya midweight ponte. Ini pertama kalinya saya jahit knit ponte and sooooo delicious. :) Knit ponte termasuk jenis knit stable.
Pattern size 6 shoulder grading 8 di bust dan waist :p kembali ke size 6 di hips. Kain 1m50, lebar 140cm.
Modifikasi/alteration pattern :
Shorten bodice 4 cm
shorten sleeve length 5cm
swayback -2cm
add width sleeve 1cm in total ( 0,5 cm each side sleeve), antisipasi karena saat blog walking saya baca ada keluhan di bagian sleeve yang sedikit ketat,hohoho
add underarm width bodice 1 cm in total ( 0,25cm bodice front, 0,25cm bodice back) sesuai dengan width sleeve yang di tambah.
Proses jahit mulus kek jalan tol, tidak pake bingung atau nyasar :) Petunjuk pattern Grainline studio sangat jelas, di tambah dengan sew-along yang ada di site nya,tidak ada alasan untuk gagal dalam mengikuti petunjuk. Yang ada hanyalah gagal dalam meng-apply petunjuk sesuai dengan kemampuan teknik,seperti saya misalnya :P
Knit ponte ini termasuk jenis knit yang stable, sehingga saat jahit saya menggunakan straight stitch dan pakai jarum jersey. Kalau bahan knit nya lebih banyak % stretch, tidak di anjurkan pakai straight stitch, tapi harus pakai stitching khusus untuk bahan stretch ( yang sedikit zig-zag) dan pakai jarum khusus stretch ball point.
Teknik baru yang saya pelajari, menjahit sudut, perhatikan saat pivot dan jangan trim sew allowance terlalu mepet dengan sudut. Pindahkan tanda dari pattern ke kain dengan jelas dan tepat, supaya rapi hasilnya.
Secara keseluruhan saya cukup senang dengan hasil akhir blazer di kain knit ponte ini. Tapi... ( tetap ada tapi ;) ) kurang puas dengan hasil depan blazer. Terlihat agak "berat" dan jatuh ke bawah. Saya bandingkan dengan beberapa jahitan sewer lain di inet, ada yang sama seperti blazer saya tapi ada juga yang sangat rapi.. aarrgghhh. why ? why ? why ? di mana letak permasalahannya ? Apakah karena saya tidak lapisi interfacing di bodice front ? Karena facing hem front dan facing neckline front nya semua di lapisi interfacing, sehingga mungkin "berat" saat dijahit di front bodice tanpa facing. ( edit. setelah cari informasi, ternyata sagging di depan ini bisa dihindari bila bagian front bodice di beri lapisan interfacing)
Atau saya yang tidak rapi menjahit nya ? FYI, saat proses menjahit blazer ini, sempat tertunda karena adanya tragedi di Paris 13 Nov 2015, yang sempat membuat saya kehilangan semangat. (opsss..OOT tapi berhubungan)
Next time, saya akan coba jahit di jenis kain yang berbeda.
errmmhh...sudut sini kurang rapi :p
saat jahit ini agak ribet di sudut, tips, jangan trim sew allowence nya terlalu mepet sudut, berbahaya :D
Sejak bulan Februari 2015, saya sudah berniat untuk membuat celana kulot. Awalnya saya tertarik pada pola yang ada di majalah Prima UK edisi Maret 2015. Namun berhubung sulit mendapatkannya, maka saya mengalihkannya pada majalah Burda. Burda Style edisi Maret 2015 juga memiliki pola celana kulot (lihat di sini). Namun saya belum tertarik. Begitu edisi April keluar, saya merasa harus mencobanya. Tapi sayangnya kesempatan itu baru datang di bulan Agustus >_<. Tak apeu... Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Iya kan...
Model yang saya pakai sebenarnya lebih ke 113A, jadi tidak persis seperti yang ada di cover majalah Burda April 2015 (model 113B). Namun perbedaannya tidaklah banyak.
Seperti biasanya, menjahit dengan menggunakan pola dari majalah Burda membutuhkan usaha yang keras dalam memahami petunjuk atau instruksinya. Nah, untuk celana kulot ini ada kemudahannya. Karena pola ini masuk ke bagian workshop di majalah edisi April ini. Jadi, ada petunjuk step-by-step dalam bentuk ilustrasi gambar dan instruksi yang lebih detail. Tetap sih, sulit juga kalau tidak konsentrasi.
Bagi saya, level kesulitan celana kulot ini termasuk intermediate ke atas karena ada fly front zipper yang cukup membuat puyeng.
Problem setelah konstruksi fly front pocket adalah garis melengkung di depan penutup fly front yang menurut saya terlalu lebar. Untuk itu, saya perkecil satu cm.
Problem berikutnya adalah tidak adanya keterangan bagaimana membuat rapi bagian bawah dari fly shield (lapisan yang menutup zipper dari bagian dalam). Akhirnya saya lipat ke arah dalam dan saya jahit. Next time: mungkin saya serger aja deh...
Problem berikutnya, saya mungkin sudah lelah walaupun project ini dicicil selama beberapa hari >_<. Tahap terakhir (nomor 16 sesuai foto di bawah ini) sudah tampak tidak jelas. Namun karena itu tinggal bagian finishing di bagian ban pinggang dan hem, maka saya menyelesaikannya dengan cara-cara yang saya sudah tahu saja. What can go wrong? Right?
So, what can go wrong? Yah, ternyata ada. Saya salah melipat pleats depan... huhu... Pdhal celananya udah jadi. Tapi karena saya merasa aneh dengan posisi lipatan pleats (beda dengan yang di majalah), maka saya cek lagi pola dan semuanya deh. Ternyata salah lipat, haeu... Jadi saya harus mendedel bagian yang ada pleat depan, merubah lipatan dan menjahitnya kembali. Karena dalam kulot ini saya membuat kancing instead of hook with rivers (kaitan itu lho, yang untuk celana panjang), jadi ada bagian di bawah lubang kancing yang sudah baku, tidak cukup fleksibel dengan perubahan yang ada di sekitaran pleat depan sebelah kanan. Terpaksa saya jahit pakai tangan supaya kerusakan tidak terlalu tampak.
Hasil akhir, lumayan... Apalagi kalau bagian atasan ada yang menutupi bagian seputar kancing. Jadi cacatnya ngga keliatan, hihi... By the way, maaf kulotnya belum disetrika >_<
Kain: gabardine katun dari Les Coupons de Saint Pierre
Size: 42 dengan modifikasi sedikit di bagian pinggang
Catatan lain:
Benang jahitnya ternyata kurang bagus. Kadang putus. Mungkin ini yang dibeli di fleamarket tahun lalu.
Panjang kulot harus dikurangi. Awalnya, kain dipotong tanpa menambah hem allowance karena bahan kurang. Tapi setelah hampir jadi, ternyata tetap masih kepanjangan dan harus dilipat 5 cm dua kali (jadi berkurang berapa tuh panjangnya? 10 cm!)