Pages

Selasa, 21 November 2017

Dress Klasik

Waktu saya membongkar tumpukan kain di rumah, ternyata ada satu potong kain sisa project blazer anak yang potongannya masih cukup besar. Dipikir-pikir, bikin apa ya?

Akhirnya saya membuat sheath dress dengan pola dasar yang saya pelajari waktu kursus membuat kebaya. Pola ini saya modifikasi dengan menambah panjang sampai selutut dan juga memperpendek lebar bahu (entah kenapa saya merasa kepanjangan waktu fitting dress ini). 






Rasanya panjang lengan mau saya pendekkan. Kelihatan terlipat-lipat karena seperti tertahan di lekukan siku. Panjangnya nanggung sih, sementara bahannya bukan yang jenis jatuh melambai. Hemming bawah dan lengan dilakukan dengan tangan (slip stitch). Jadi terlihat halus, terkesan tidak ada jahitan. 

Furing dipasang hanya di bodice, tidak di lengan. Metode pemasangannya dengan cara :
  • hemming dulu bagian bawah furing (lipat dua kali, jahit mesin)
  • menyambung bagian facing dengan bagian atas furing, right side together, juga dengan mesin
  • menyambung bagian jahitan zipper sampai bawah, right side together, juga dengan mesin
  • menyambung bagian kerung lengan, jahit tangan
Lumayan lah hasilnya untuk acara-acara yang terkesan agak formal. Dan ternyata setelah diingat-ingat, kain ini memang dibeli (tepatnya November tahun lalu) untuk membuat dress musim dingin bermodel klasik. Tapi waktu itu, sebelum sempat dieksekusi, kainnya keburu ditaksir oleh si kecil yang kepingin punya blazer. Yey, akhirnya jadi dress juga deh. Memang ya, kalau sudah takdir, walau agak belok-belok sedikit, akhirnya sampai juga ke tujuan. Jadi, semangat terus yaa...!

Bahan:
  • Kain flanel cotton polyester dari Mondial Tissus
  • Furing kain pongé (polyester) dari Mondial Tissus

Buku Panduan Menjahit Kebaya

Kali ini saya hendak mengulas sedikit tentang salah satu buku yang berjudul "Panduan Lengkap Pola Menjahit Kebaya Modern". Buku ini disusun oleh ibu Yogi Boedijono S.Pd, MM dan beliau memiliki latar belakang yang kuat di bidang tata busana. 


Daftarnya isi buku ini adalah sebagai berikut:



Seperti yang tercantum di daftar isi, buku ini menerangkan cara membuat pola dasar yang lalu dikembangkan menjadi pola kebaya modern sesuai model yang ditampilkan. Selain itu, ada usulan bahan kain yang sesuai untuk setiap model. 


Nah, model apa saja yang menarik? Kalau buat saya, lima model di bawah ini sangat menarik untuk dicoba.







Bagaimana? Menarik kan? Menurut saya sebagian besar dari model yang ditawarkan dalam buku ini bisa dikenakan dengan bawahan bukan dari kain batik, misalnya dengan celana panjang atau rok panjang. Jadi model kebaya modern di sini bisa dikenakan dalam situasi yang lebih luas, tidak hanya untuk acara-acara tertentu.


Kamis, 16 November 2017

Kalle shirtdress in white linen

Ahh... Kalle... I'm in 💙 with you 😚 *lebay

Jahit versi kedua Kalle di kain linen warna putih  ( catet, linen putih !!), jadi semacam obsesi saat pertama lihat model pattern Kalle di launching.
Setelah mencoba yang versi pertama di kain agak stiff, kali  ini jahit di kain linen. Pilihan linen putih ini awalnya sedikit membingungkan ( pegang tiang !), karena di stash saya ada dua jenis linen putih, yang satunya agak tebal ( walaupun tetap menerawang) dan satunya lebih tipis ( menerawang juga), tetapi keduanya sama-sama lemas. Satunya beli di Indonesia sekitar dua tahun yang lalu ( dan tahun ini saya kembali ke toko yang sama untuk beli tapi sayangnya tidak ada lagi warna putih) dan linen satunya saya beli online di LCSP summer kemarin. Yang terakhir ini saya keep dulu, untuk jahit blouse atau kemeja.


Kalle white linen saya bikin sedikit perubahan, yaitu bagian bodice depan saya panjangkan 3cm, supaya tidak terlalu pendek di depan dan otomatis curve di bagian samping agak berkurang alias tidak terlalu tinggi di bagian samping. Lihat petunjuk di sew along di sini. Saya merasa lebih nyaman dengan ukuran seperti ini.  Selain itu, tidak ada perubahan pola lain ( ikut versi pertama).

wearing Kalle
Kalle linen ini jadi salah satu baju favorit saya selama di Indonesia, dengan suhu tropis yang selalu panas membara, mengenakan bahan linen Kalle sangatlah nyaman buat saya. 😎  Kalle shirtdress yang termasuk grab and wear ini juga menjadi favorit pemirsa 😜 ( family) di tanah air. Bergantian dengan Kalle gingham, saya sering mengenakan baju ini. Mungkin seharusnya saya jahit lagi 2-3 Kalle kemarin itu 😁😉.

Selasa, 14 November 2017

Obras dan Semi Obras

Kita ngobrol tentang obras mengobras yuk! Kadang di forum maupun di grup menjahit, ada satu dua orang yang bertanya tentang perbedaan hasil semi obras dari mesin jahit portable dan hasil obras dari mesin obras. Nah, di postingan ini saya hendak menunjukkan perbedaan hasil tersebut. Tapi ini khusus untuk mesin-mesin portable ya.

Mesin yang saya gunakan di sini adalah Brother 1034D untuk obras dan Brother Innovis 30 untuk menjahit. Kain yang saya gunakan adalah katun dengan ketebalan normal (midweight).

Sebelumnya, saya hendak menjelaskan bahwa ada dua sepatu jahit yang dipergunakan oleh mesin jahit saya untuk menampilkan hasil semi obras. Sepatu-sepatu tersebut adalah overcasting foot dan side cutter foot. Overcasting foot itu merupakan bawaan dari mesin jahit Brother Innovis saya dan biasa dipakai untuk semi obras pada mesin jahit portable. Sedangkan side cutter foot adalah sepatu tambahan atau dibeli terpisah dari mesin jahit dan gunanya juga untuk semi obras namun pada saat yang bersamaan, sepatu ini memotong kain sesuai arah jahitan semi obras mirip dengan mesin obras. 

Kiri: overcasting foot, kanan: side cutter foot

Bila mesin jahit Anda ada fungsi semi obras, silakan dicek dulu macam-macam jahitan yang bisa dipergunakan dengan sepatu overcasting. Di mesin jahit saya, ada tiga jenis jahitan untuk sepatu tersebut yaitu nomor 7, 8 dan 9. Dan untuk percobaan ini saya menggunakan jahitan nomor 9 (lihat foto, di bagian yang dilingkari hijau).


Untuk side cutter foot, sesuai instruksi di buku manual, jenis jahitan yang bisa digunakan juga sama yaitu nomor 7, 8 dan 9, namun bisa juga jenis jahitan nomor 1 (jahit lurus di sisi kiri - bukan di tengah). Untuk percobaan ini, saya menggunakan jenis jahitan yang sama dengan overcasting foot yaitu nomor 9.

Nah, setting untuk mesin obras adalah 4-4-4-4. Anda sebaiknya tes dulu untuk mendapatkan setting yang sesuai dengan kain. O iya, saya memakai 4 benang ya. 



HASIL


Kita mulai dari bawah, yaitu hasil semi obras dari overcasting foot. Cukup rapi, namun kalau kita tidak menjahitnya pas di pinggir, maka kita perlu menggunting sisa kainnya di sebelah kanan jahitan.

Hasil semi obras dari side cutter foot juga cukup rapi. Dan kita tidak perlu lagi memotong maupun merapikan sisa kain di pinggir kanan.

Hasil obras 4 benang, rapi dan cukup rapat. 

Kalau dari sisi waktu pengerjaan, yang paling cepat adalah menggunakan mesin obras. Jadi kalau misalnya kita menjahit dress panjang dan akan menggunakan semi obras, siapkan stok sabar dan konsentrasi yang banyak untuk merealisasikan semi obras tersebut karena bisa lama (dress panjang : penjahitan dan obras/semi obrasnya juga panjang).

***

Nah, semoga gambar-gambar di atas bisa memberikan pencerahan kepada Anda khususnya bila Anda sedang dalam kebingungan antara membeli mesin obras atau mesin jahit portable yang bisa semi obras.

Pendapat pribadi saya:

  • Untuk menjahit produk craft, fungsi obras maupun semi obras tidak terlalu diperlukan karena umumnya setiap pinggiran jahitan akan tertutup oleh lapisan kain dalam atau tertutup bias binding.
  • Untuk menjahit pakaian, bila hasil akhirnya akan dipakai sendiri, semi obras dari mesin jahit portable sudah mencukupi. Sedangkan bila hasil akhirnya untuk dipakai orang lain (permak atau konveksi rumahan), akan lebih baik bila kita menggunakan mesin obras supaya hasil terlihat lebih profesional dan tentunya lebih cepat prosesnya.


Kamis, 09 November 2017

Karya Oscar Lawalata

Bulan September yang lalu, saya berkesempatan untuk menghadiri acara Festival Couleurs d'Indonésie di Paris. Acara ini diselenggarakan oleh KBRI Paris dan tahun ini mereka dibantu oleh komunitas Diaspora Indonesia di Perancis. Inti acara FCI ini lebih kepada promosi kebudayaan Indonesia dan juga perkenalan akan produk-produk buatan atau merk Indonesia.


Di acara ini, saya melihat pameran busana karya Oscar Lawalata dengan tema nusantara. Dua tahun sebelumnya, saya juga ke acara FCI ini dan pada waktu itu Oscar Lawalata membawa karya tenun serta batik. Sebagian besar dalam bentuk kain yang dipajang dengan cantik. Nah, kali ini karya yang dipamerkan lebih kepada pakaian jadi. Dan buat saya pribadi, desain-desainnya cukup menarik sebagai sumber inspirasi menjahit.

Yuk, kita lihat bersama di bawah ini.