Pages

Selasa, 09 Mei 2017

Jumpsuit Petra

Sebenarnya saya tidak suka mengenakan jumpsuit karena kebayang bakal susah ke toilet mengingat modelnya yang tidak praktis. Tapi sekitar dua tahun yang lalu, saya melihat beberapa orang di jalan yang memakai jumpsuit. Lucu juga. Lalu saya pikir, apa salahnya kalau saya mencoba membuatnya. Maka tahun lalu saya membeli pola Petra jumpsuit dari satu indie sewing pattern brand Perancis yang bernama Louis Antoinette Paris



Saat itu saya segera memulai proses pembuatan wearable muslin ukuran 42 dengan bahan katun berbunga-bunga. Katun ini tergolong halus, agak lemas dan tidak terlalu menciptakan kerutan (lecek) bila terlipat. Tadinya saya ingin membuat dari katun jenis untuk shirt (poplin) tapi rasanya bisa super lecek khususnya di bagian pinggang ke bawah yang bakal bolak balik dibawa duduk dan bergerak. Mungkin idealnya adalah bahan crepe. Tapi ya sudahlah, untuk pertama kali saya pakai katun halus ini saja yang harusnya tidak akan panas bila dipakai di musim panas (dibanding dengan bahan crepe polyester yang ada di fabric stash saya).

Fitting bagian bodice, ok tidak ada masalah. Mengukur panjang bagian celananya dan mencocokkannya ke badan sendiri, juga tidak ada masalah. Lalu, berhubung saat itu menjelang liburan musim panas dan super repot, saya pun melupakan jumpsuit yang sepertiga jadi itu di dalam tumpukan kain. Unfinished Object alias UFO.

Ini foto pada tahap pengerjaan awal di bulan Juni 2016. 


Belum lama ini saya berusaha menyelesaikannya terutama karena saya sudah bertekad bahwa bulan Mei ini adalah saat dimana para UFO harus diselesaikan. Dan pola Petra ini sebenarnya tidaklah sulit dalam konstruksinya. Termasuk sederhana. Tingkat kesulitan bagi pemula hanya di pemasangan invisible zipper serta pembuatan neckline (termasuk facing) yang bentuknya "V". Kalau bentuk V kan berarti harus rapi di sudutnya. Kemudian, bila kita memilih model lengan yang berlayer seperti pada gambar, prosesnya akan lebih memakan waktu. Untuk wearable muslin saya ini, lengannya yang sederhana saja, tidak berlayer (pilihan ini ada juga pada pola).

Setelah selesai, hasilnya seperti ini (maaf lengan tidak kelihatan karena saya mengenakan cardigan, dingin euy...).





Neckline yang berbentuk V ini termasuk rendah bagi saya jadi untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, saya memakai tee tanpa lengan di dalamnya. Selebihnya ok namun untuk pembuatan berikutnya saya harus memperpanjang sekitar 3 cm. Di versi wearable muslin ini saya membuat hem dengan menambahkan bias binding karena ternyata hasil akhir (setelah dijahit semua) kurang panjang untuk kaki saya.

Bahan material:
  • Kain utama: katun dari Jakarta (terima kasih, Ibu!)
  • Kain kantung: viscose linen dari Les Coupons de Saint Pierre
  • Piping: dari satu penjual di A Little Mercerie (lupa namanya)
  • Interfacing: Vlieseline G 710
  • Zipper: YKK

Jumat, 05 Mei 2017

Jamie Jeans, finally!

Saya 'ngidam' pola Jamie jeans by Named Clothing ini entah sejak kapan. Tapi karena harga polanya (printed version plus ongkir) lebih mahal dari pola indie yang lain dan saat itu pun saya belum memiliki ketrampilan yang baik dalam menjahit celana jeans, maka saya redam keinginan itu. Lalu saya melihat satu pola skinny pants (Black Magic) di majalah Ottobre akhir tahun 2014 yang membuat saya ingin mencoba menjahit celana jeans. Dari situ bergeraklah secara perlahan perjalanan dan proses belajar saya dalam menjahit pakaian favorit kami sekeluarga. Hingga sampailah pada Jamie jeans ini, akhirnyaaaa...

Jamie jeans ini didesain untuk jenis celana skinny jadi bahan kain yang disarankan adalah yang stretch, khususnya yang memiliki elastisitas 15-20%. Modelnya berbeda dengan skinny jeans yang ada di pasaran yaitu di bagian depan ada dua bagian yang dijahit satu, kemudian desain kantungnya yang unik. Secara umum, pola yang dikeluarkan oleh Named sesuai untuk orang yang berbadan tinggi. Tentunya tetap masih bisa untuk orang yang berbadan rata-rata atau di bawahnya asalkan kita tahu di bagian mana pola tersebut harus dimodifikasi.  


Berhubung anak sulung saya sedang membutuhkan celana jeans baru (urgent!), jadi Jamie jeans perdana dibuat untuk dia. Ukuran yang diambil adalah 36. Walau anak saya termasuk tinggi, namun demi mengantisipasi, saya menambah panjang 2 cm saat memotong kain. Bahan denim stretch yang dipakai sama dengan yang saya gunakan untuk membuat skinny jeans Black Magic. Pocket bag menggunakan kain motif bunga yang saya ambil dari rok anak saya yang sudah kekecilan (homemade sekitar 4 tahun yang lalu).

Tahapan konstruksi, saya banyak melihat sew-along di site Indie Sew.

Di awal-awal konstruksi, saya memperkirakan bahwa kesulitan hanya akan ada di bagian penjahitan kantung depan karena tidak sama dengan kantung celana jeans lain yang sudah pernah saya buat. Namun ternyata ada juga sedikit kebingungan pada urutan penjahitan fly front, crotch dan seam. Kalau dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, penjahitan dimulai dari bagian fly front dulu sampai selesai topstitching crotch, baru deh seam dalam dan samping. Tapi untuk Jamie ini terbalik, seam dalam dan samping dulu, baru deh fly front dan crotch. Hal ini sempat membuat saya 'kagok' dan kesulitan saat topstitching di bagian crotch karena saya merasa kurang lebar space jahit saya. Gawatnya lagi, saya memilih benang topstitching yang berbeda dengan warna bahan kain denim (akibat terlalu pede). Akhirnya satu dari 2 topstitching line yang dilakukan di bagian ini, saya menggunakan benang biru tua supaya satu line saja yang terlihat agak tak rapi (satu lagi tak kentara karena birunya sama dengan si denim). 

Metode fitting yang saya pakai di sini adalah baste and fit seperti yang dicontohkan di site Indie Sew. Bedanya adalah saya tidak mengikutsertakan waistband dalam proses pengepasan. Hasilnya, pinggang harus dikurangi 2 cm kanan dan kiri. Panjangnya justru pas (untung sudah ditambah 2 cm). Selebihnya tidak ada masalah.

Pemasangan waistband juga mengalami sedikit modifikasi tapi bukan karena ada masalah melainkan karena selera pribadi yaitu dengan memberikan bias binding pinky di bagian dalam.



Hasilnya setelah modifikasi, ternyata bagian depan (perut bawah) agak 'lega' ya. Kemudian, bagian kaki belakang agak memutar ke arah depan. Kenapee... Selebihnya sih oke-oke saja.



Secara keseluruhan, catatan saya untuk Jamie kedua nanti adalah:

  • Langkah konstruksi fly front-crotch-seam mengikuti Morgan jeans saja.
  • Khusus untuk topstitching bagian fly front lebih baik mengikuti cara di booklet Named, jangan ikut yang di site Indie Sew (hasilnya kurang bagus menurut saya).
  • Benang topstitching pakai yang biru tua saja. Lebih aman dan kalau melihat contoh yang dibuat Named juga tetap kelihatan bagus.
  • Bagian depan celana yang dekat dengan fly front dikurangi 2 cm (masing-masing kanan kiri) dari arah fly front-nya (belum tahu bagaimana tapi worth it untuk dicoba).

O iya, untuk celana jeans ini, untuk pertama kalinya saya menggunakan benang topstitching dan benang jahit khusus jeans yang satu paket dari Gutermann. Terus terang saya suka sekali dengan warna benang topstitching ini. Perfect di atas biru tua si denim. Lalu, untuk pertama kalinya juga saya menggunakan ritsleting YKK khusus untuk celana panjang (Tasca Trousers). Ritsleting ini cocok juga untuk celana jeans khususnya yang warna denimnya bukan biru muda. Untuk denim biru muda, YKK mempunyai produk ritsleting khusus yang tertulis "super jeans" (paling kanan dalam foto paling bawah).




Detil bahan material:

  • Kain denim stretch: Les Coupons de Saint Pierre
  • Kain lining: recycle dari rok 
  • Bias binding: sisa project batik anak
  • Benang jeans Gutermann: Mondial Tissus
  • Ritsleting YKK: Eurodif
  • Fusible interfacing untuk waistband: Vlieseline H200
  • Jarum jahit: Schmetz jean size 100
  • Jarum topstitching: Schmetz topstitching 100
  • Kancing: jeans ukuran 17mm dari Mercerie Carefil







Blazer Anak

Pada saat anak ingin memakai blazer sementara di tiga toko yang kami datangi tidak ada yang menjualnya, yuk ah bikin... Tapi karena agak mepet deadline-nya (ahaha, yang kasih deadline juga si kecil lah...), sementara stok kain yang cocok untuk blazer tidaklah banyak, akhirnya dengan berat hati saya merelakan sepotong kain yang sebenarnya hendak dibuat untuk dress musim dingin, hik... Demi anak, demi anak...

Pola menggunakan sumber majalah B Inspired (sekarang ganti nama menjadi B Trendy) dari Made by Oranges edisi Spring-Summer 2016 size 128.




Kalau dilihat modelnya, kelihatannya sederhana. Namun bagi saya yang belum pernah menjahit kerah blazer, berarti kesulitannya ada pada penjahitan kerah dong ya... Iyaaa... *tertunduk pingsan* Apalagi majalah B Inspired ini tidak memiliki ilustrasi gambar dalam step-by-step penjahitannya. Jadi hanya instruksi tertulis (dalam 4 bahasa: Inggris, Perancis, Jerman, Belanda). Setelah pusing tujuh keliling, akhirnya saya sedikit modifikasi polanya supaya sang kerah terlihat mirip dengan model aslinya, hehehe...

Hasil akhir, ya seperti ini. Tentu saya tidak puas dengan kerahnya. Tapi next time akan lebih baik *berdoa siang malam*. Atau untuk yang berikutnya, kita bikin yang tanpa kerah saza... yang ala-ala Channel gitu...



Bahan kain:

  • Poly cotton flannel dari Mondial Tissus
  • Rayon lining motif kucing dari Antiqua Fabrics (IG dan FB, Indonesia)



Yang jelas, seperti biasanya, si kecil happy dan langsung memakainya untuk ke supermarket, kemudian juga ke tempat Nenek. Berasa seperti wanita karir ya, Dek...