Pages

Minggu, 20 Desember 2015

Name cushion cover

Natal sebentar lagi.Mungkin ada yang sibuk atau bingung pilihan kado,seperti saya.
Kemudian jadi ingin kasih kado homemade, jahit sarung bantal dekorasi pakai nama datang di kepala untuk anak-anak. Sebelumnya saya bikin sample terlebih dahulu, karena belum pernah menggunakan stitch appliqué dari mesin jahit.


Saya pakai stitch zigzag no 5 yang ada di mesin jahit, dengan settingan seperti foto di bawah ini.

Cushion cover  ini saya buat size 39X39 cm untuk bantal ukuran 40X40 cm. Dengan sew allowence saya cut kain katun dari toko kain lokal Mondial Tissus ukuran 40X40cm, pakai zipper.
Silahkan googling, banyak contoh cover yang lucu dan bagus di inet ;)

Laurel Dress


Elle :

Laurel ini saya jahit saat pengetahuan jahit dan fitting masih sangat dangkal :D (sekitar tahun 2012). Pertama jahit muslin di size 10 grading 12 di waist, jadinya seperti karung beras XXL :p jadi saya ambil 1cm di bagian bahu, 3,5 cm di bagian pinggang (bodice front), 2 cm dari center back dengan skip zipper dan 2cm dari pinggang (bodice back).  Hasilnya, over fitting aka ngepas  :D



Muslin kedua (wearable muslin) saya coba size 6 di shoulder grading size 8 bust, waist, hips, lumayan hasilnya karena tidak selonggar size 10 (saya skip zipper karena bisa masuk tanpa zipper).


Moisitha:

Laurel pertama saya ini dibuat di musim panas 2015. Tepatnya di bulan Agustus. Polanya terbilang untuk pemula (beginner) karena tidak ada teknik yang terlalu sulit. Namun yang perlu diperhatikan bagi yang benar-benar baru mulai menjahit adalah:

  • teknik memasang binding di bagian kerah
  • teknik memasang invisible zipper
  • teknik memasang lengan 

Model bajunya sendiri bukanlah yang pas di badan. Namun tentu saja bagian darts harus sesuai dengan badan kita. Karena itulah saya melakukan sedikit modifikasi di bagian bust darts karena bila saya mengikuti pola aslinya, jatuhnya darts terlalu jauh di atas.

Versi yang saya jahit ini adalah versi kedua dari pola Laurel. Untuk kantung dan binding, saya menggunakan sisa kain batik dari Indonesia.




  • Bahan: katun popeline dari Les Coupons de Saint Pierre
  • Size: 8 dengan modifikasi di bagian bust darts





Second trial adalah Laurel dress untuk musim gugur. Masih versi yang sama yaitu kedua namun tidak menggunakan kantung.


  • Bahan: katun flannel dari Mondial Tissus
  • Size: 8 dengan modifikasi yang sama (bust darts)


Sorbetto, yumm!

Elle:

Sorbetto free pattern Colette pattern , versi pertama saya jahit ( Juli 2013) dari scarf Zara :D kainnya lebar,warnanya saya suka. Jahit di size 4, awalnya OK, lama-lama kain mengerut blouse sedikit pas di bagian dada dan perut , hohoho...jarum timbangan naik, man :p Next time akan coba jahit di size 6.





Moisitha:

Canicule atau gelombang hawa panas beberapa waktu yang lalu (summer 2015) membuat saya bertekad untuk segera menjahit satu potong Sorbetto menggunakan sisa kain katun voile yang ada. Sesuai dengan informasi sebelumnya, pola Colette ini termasuk mudah apalagi kalau  kita sudah terbiasa memasang bias. Untuk Sorbetto canicule ini, saya menambahkan kerah sebagai hiasan (self drafted). O iya, size-nya 8 kalau ngga salah. 

Hasilnya: yah, mudah lah. Dan enak sekali digunakan di cuaca panas. Sayangnya saya merasa Sorbetto ini kurang panjang. Sorbetto kedua harus lebih panjang!



Mini Me dan Hood

Project ini termasuk dadakan. Waktu itu ada Kids Clothes Week yang bertema khusus (lupa apa). Kemudian saya menawarkan kepada si kecil apakah dia mau dibuatkan dress dengan bahan yang serupa dengan salah satu dress saya (soalnya ada sisanya). Dia bilang mau. Sekalian saya tawarkan juga penutup kepala ala animal. Dia maunya kucing seperti Chi. Tapi akhirnya malah jadi domba :D






Yuzu Coat

My first coat ever!

Tahun 2015, saya membuat beberapa planning terkait menjahit. Salah satunya adalah belajar membuat coat. Menurut beberapa artikel yang saya baca, sebagian model coat itu sebenarnya sederhana. Yang mungkin agak sulit adalah bila kita menjahit lapisan yang tebal karena bahan coat biasanya tebal kan... Untungnya saya sudah pernah mengambil kelas Angela Wolf di Craftsy yang membahas tentang permak baju. Ada bagian menjahit celana jeans yang juga tebal dan Angela mengajarkan satu trik untuk mengakalinya. 

Kembali ke rencana membuat coat, saya agak kesulitan menentukan pola yang akan digunakan. Namun begitu Waffle Patterns meluncurkan pola Yuzu Coat, saya langsung membelinya. Ini adalah satu tindakan impulsif buying pertama saya untuk pola menjahit (ahaha...). Tapi tentu saya melihat ada kebutuhannya. Jadi bukan impulsif ya? Bukan kan, kan... 

Pola Yuzu Coat ini menarik karena bagian kerahnya tinggi. Ini penting bagi saya yang suka tidak tahan udara dingin terutama di leher (dan saya kadang malas pakai syal). Kerah Yuzu ini bisa juga dilipat ke bawah sehingga memberikan kesan kerah lebar (suka bangets!). Kemudian bagian lengannya raglan dan ada dua versi kantong. Detailnya bisa dilihat di site Waffle Patterns. Sebenarnya sudah lama saya ingin mencoba pola dari merk ini (modelnya bagus-bagus) dan akhirnya terwujud dengan Yuzu. 

Kain yang saya gunakan adalah kain wol Shetland yang dijual salah satu seller di eBay (base seller di Belgia). Kain ini ternyata unik karena bagian dalam sudah ada interfacing. Jadi seperti interfaced wool fabric. Untuk itu, saya tidak memberikan lagi interfacing yang diinstruksikan dalam tutorial Yuzu pattern. Bahan lining alias furing adalah satin lining warna hitam kiriman dari ibunda di Jakarta.


Perhatian: harus hati-hati dalam memotong kain supaya tidak ada masalah saat menyambung pieces yang ada. Berhubung bahan coat itu tebal, jadi usahakan menaruh banyak pattern weight alias pemberat saat memotong. Dan akan lebih baik lagi bila kita menggunakan rotary cutter (daripada gunting). Make sure rotary cutter-nya tajam ya. 


Untuk seam allowance, kalau mau praktis, tempel saja tape seperti foto di atas. Tentu diukur dulu ya jarak antara jarum dan posisi tape. Jadi nanti kita bisa lebih mudah dalam menjahit karena seam allowance sudah dibatasi oleh tape. Perhatikan juga saat topstitching dan jaga supaya lurus-rus. Kalau perlu gunakan sewing foot khusus untuk topstitching (saya sih ngga punya tapi pakai foot lain yang bisa membantu - ini satu trik dari kelas Craftsy 40 Techniques bla bla...).


O iya, mungkin ini penting juga. Kantong. Ada dua versi kan di pola Yuzu ini. Dan saya memilih versi yang susah dong (cari tantangan). Ternyata begitu jadi, saya puas sekali. Neat. 


Kemudian saya ketemu masalah serius saat memasang kerah: ukuran panjang kerah tidaklah sama dengan ukuran lingkar leher di bodice. Nah, makanya kembali ke urusan pemotongan kain, hati-hati ya... Jangan sampai keder kayak saya :D Di sini saya harus mengambil beberapa centimeter bagian sambungan punggung belakang supaya lingkar leher dan panjang kerah bisa matched.

Selebihnya semua lancar. Paling hanya masalah kancing yang sempat menunda coat ini kelar. Untuk coat, kancing yang digunakan umumnya berdiameter besar. Kurang lebih 20 mm. Dan ternyata saya tidak ada stock yang sesuai. Akhirnya saya membelinya di satu toko keperluan menjahit di kota Bourges saat kami berakhir pekan ke tempat Mamie.

Selesai!









Saiph Tunic versi 2

Pola Saiph Tunic ini dikeluarkan oleh Papercut Patterns. Menurut kabar burung, pola-pola dari merk ini tergolong besar. Jadi kalau biasanya kita memakai ukuran L, khusus untuk pola Papercut bisa saja M atau malah S! So cek dulu sebelumnya ya. Atau buatlah muslin-nya.

Muslin pertama saya untuk Saiph Tunic ini termasuk wearable dan saya mengambil versi yang kedua. Saya membuat pakaian ini dengan amat sangat tenang dan hati-hati. Rasanya belum pernah saya membuat baju sesantai ini. Damai rasanya. 

Secara umum, pola Saiph Tunic ini terbilang mudah dan sederhana. Tidak ada teknik khusus dalam proses konstruksinya. Namun buat saya tetap ada catatan untuk Saiph Tunic berikutnya yaitu:

  • Bagian rongga belakang punggung dimana ujung atasnya dipasang pengait kancing: terlalu panjang bolongnya >_<. Saya harus perpendek sekitar 2 inches.
  • Facing leher khususnya bagian depan/dada: walau sudah understitching tapi kok tetap suka naik. Saya harus slip stitch sedikit. Kalau ada double face interfacing, mungkin akan lebih baik tapi saya tidak punya.
  • Size yang say ambil adalah M dan ternyata masih kebesaran! Ouch... Yang berikutnya harus pakai size S tapi panjang lengan tetap ikut yang size M. 
  • Bust dart tampaknya harus di-adjust sedikit.
  • Berhubung saya tinggi, kalau mau si Saiph Tunic kelihatan seperti dress, sebaiknya diperpanjang sekitar 10-15 cm. Ok!







Bahan:

  • Katun floral dari Les Coupons de Saint Pierre, Paris




Lionella Dress and its Cardigan

Dari majalah Ottobre edisi musim panas 2015, saya memutuskan untuk membuat dress berbahan knit untuk si kecil. Judul polanya ada Lionella dress. Dan berkenaan dengan awal musim gugur yang mulai terasa semriwing, saya membuatkan juga satu cardigan panjang dengan pola dari satu buku menjahit Jepang (yang ini). Kedua pakaian ini sengaja saya buat matching dari sisi warna.


Untuk Lionella dress, saya harus membuat gathering di bagian panel rok sebelum dijahit ke bodice. Untuk kain berbahan knit, gathering akan lebih cucok dengan bantuan elastik yang biasa digunakan untuk menjahit cloth diaper (atau baju renang juga?). Di sini akan terasa sulit bila kita tidak terbiasa menjahit elastik. Berhubung sudah lama saya tidak menjahit cloth diaper, jadi kali ini pun terasa kagok. Untungnya hasil tidak mengecewakan.

Modifikasi kecil saya buat di bagian leher. Di majalah Ottobre, finishing bagian leher menggunakan knit band. Berhubung saya belum pernah melakukannya, jadi saya prefer dengan finishing seperti pada Plantain t-shirt.

Untuk cardigan, sebenarnya ini merupakan kedua kalinya saya membuat dengan pola yang sama. Hanya saja kali ini bahannya cukup (ahaha...). Versi pertamanya dibuat pendek dan ada modifikasi bagian leher karena bahan tidak cukup. Nah, versi kedua ini benar-benar mengikuti buku.


Bahan:

  • Lionella - interlock cotton bermotif animal dari Indonesia
  • Cardigan - jersey cotton pink polos dari Ty Florian (dengan variasi band kancing dan leher dari bahan Lionella)
  • Kancing semua dari Indonesia



Selasa, 01 Desember 2015

Cannelle gilet

Yaaay! Gilet atau cardigan Cannelle yang sempat tertunda akhirnya selesai dan saya  s u k a ! Canelle ada 2 model, A dan B, saya jahit yang model A.
Ini pertama kalinya saya jahit pattern dari Christelle Coud ( french indie pattern). Petunjuk tentunya dalam bahasa prancis, singkat tapi ada foto & skema. Selain melihat petunjuk pattern, saya lihat juga ini blog penjelasan dan say 'nyontek' sew-along canelle nekad jahit tanpa bikin muslin duluan, karena tidak punya kain muslin yang "sejenis". Kain jersey matelassé (quilted jersey knit)  yang saya pakai untuk jahit cardigan ini saya beli di Marché du Tissu beberapa bulan lalu ( 10€/m).
Size yang saya pilih 40 :p ; kain sekitar 1m50. 

Modifikasi/alteration:
  • Memperpendek bodice 5cm
  • Memperpendek collar 5cm ( karena bodice dipendekin) :p
  • Memperpendek lengan 3cm 
Proses jahit 95% pakai serger. Saya pakai elastik di pundak untuk memperkuat jahitan ( thanks,S,untuk elastik popoknya, berguna sekarang ;) ).Sebenarnya jahit cardigan ini bisa cepat seandainya saya tidak salah jahit posisi collar :p . Seharusnya memasang collar bagian wrong side(WS) di atas right side (RS) bodice,tapi saya buat kebalikan. Repotnya remove stitching obrasan itu di kain matelassé agak tebal :(, apalagi saya menggunakan 4 benang obras, lengkaplah sudah penderitaan proses pendedelan  :D
Pada awalnya saya siapkan jarum stretch untuk jahit (kalau tidak ada mesin obras, pakailah jenis jarum ini untuk kain stretch), tapi kemudian berubah pikiran hanya menggunakan mesin obras saja.Twin needle utk jahit hem sleeve dan hem bodice. 





Oiya, untuk setting serger supaya next time kalau jahit di tipe kain sejenis, saya mau pakai setting yang sama saja.

Di blog ini ada petunjuk untuk menambahkan saku di depan seperti yang ada di video ini juga. Cardigan berikut saya ingin tambahkan dua saku.