Pages

Jumat, 24 Agustus 2018

Hampton Jean Jacket

Spring is here !🌸🌸🌼🌺
uhmmh...tepatnya minggu terakhir summer saat blog ini di posting 😅

Yaaay ! Tercapai cita-cita untuk punya dan jahit sendiri jaket jeans idaman ! Oh yeeaah !
Padahal jaket jean termasuk model yang klasik dan banyak di jual di toko😜, tapi saya bercita-cita jahit sendiri, supaya bisa memilih sendiri warna dan Jenis kain ( no stretch, puhleaseee..🙏🏼),  bisa mengatur panjang jaket dan panjang lengan sesuai keinginan. And yessss ! Begitu lihat pola Hampton jean jacket dari Alina Sewing Design Co, saya amati dengan cermat pola & deskripsi nya, pilihan saya jatuh ke pola ini. Semua yang saya inginkan ada di pola Hampton;  model jaket jeans klasik, dua pocket , no stretch. Pola ini di draft dengan cermat,  instruksinya bisa saya katakan di tulis dengan sangat detail setiap langkah dan di lengkapi dengan gambar/ilustrasi yang membantu dan apalagi  ada Sew along 👉di sini . Sebelum memilih Hampton saya juga sempat lihat pola Maisa Design Jacket dari Named Clothing, sayangnya bukan modelitu kurang cocok dengan keinginan saya ( tapi saya yakin well-drafted).


 
Hampton jean jacket saya jahit di kain  denim blue dark, no stretch &  medium weight. Kain ini saya beli dua tahun yang lalu di Marché du Tissu ( pasar kain annual), di simpan utk proyek yang tepat. Yang wajib di lakukan pada saat awal untuk treat kain denim adalah mencuci nya. Sebaiknya sih 2-3 X sebelum kain di potong, supaya kondisi kain menjadi lebih lemas dan menghindari nanti di kemudian hari setelah di jahit jadi sedikit melar,  juga kalau ada luntur bisa menguranginya . Terbukti dengan jeans Safran saya, yang di cuci ( pre wash) hanya satu kali sebelum jahit, setelah jahit, pakai dan di cuci 3-4X, jadi sedikit melar, berasa jeans agak longgar di bandingkan saat  jahit pertama.  Bisa jadi ini berhubungan dengan kualitas kain denim itu sendiri 🤔. 

Well, itu teorinya , tapi untuk jaket Hampton ini, saya cuci hanya 1X, dengan pertimbangan karena jaket I don't mind kalau agak melar dan lagian ini adalah kain jeans coton, so small risque.

Size dan modifikasi 
Saya pilih size 12 ( setelah jadi bisa turun ke size 10 atau bahkan size 8  jika tidak ingin tutup jaket ), tapi karena ini pertama kali nya saya jahit pola ini, lebih memilih untuk jahit di size agak besar dengan pertimbangan bahwa model jaket ini bisa tetap di kenakan walaupun sedikit besar.
Kain denim cotton , medium-weight 1m75 yang saya butuhkan untuk ukuran saya. Warna biruuuu tua (levi's look like color😎), yaaah saya sangat ingin memiliki jaket jeans dengan warna seperti ini tanpa embel-embel atau asesoris lain yang di jahit di jaket, tanpa ada model sobek sana sini. 🙊
Modifikasi pola :
  • Shorten sleeve 6,5cm 
  • shorten bodice 4cm 
  • 1" swayback
Tadinya saya ingin mengurangi lebar cuff juga ( 5cm original), tapi mengingat biasanya saat mengenakan lengan panjang saya lebih suka menggulung lengan tsb, jadi saya biarkan cuff seperti aslinya sebagai guide saat menyingsingkan menggulung lengan jaket.

Collar
Saya menggunakan interfacing vlieseline H180. Menurut saya agak stiff, but it's acceptable.

Kancing
Kancing saya pakai button jeans 17mm Prym, 14 biji. Tadinya saya mau pakai kancing jeans dari Wawak, tapi saya tidak menemukan bungkusan lainnya 🤦🏻‍♀️ ( 1 bungkus isi 12 biji), jadi saya pakai saja kancing Prym, 2 bungkus ( 1 bungkus isi 8 biji). Proses pemasangan kancing easy peasy, dengan awl  (pelubang) untuk membuat lubang kecil di jaket ( di posisi kancing akan di pasang) dan plier Prym . What a happiness pasang kancing jeans dengan plier, tidak membutuhkan palu, cukup di tekan kuat plier tsb dan kancing akan terpasang dengan rapi dan manis di jaket.

Perlu di ingat, tandai tempat pemasangan kancing dengan benar, supaya nanti saat melubangi dan pasang kancing tidak keliru penempatan kancing tsb. Kalau salah pasang, bisakah di cabut kancing nya dan rubah tempat pasang❓Good question ! Saya sendiri belum pernah coba, yang pasti akan ada bekas lubang pertama. 🤔
Untuk proses kancing, siapkan pencil untuk menandai, awl untuk melubangi jaket & plier  (tidak perlu di palu 🔨, cukup di tekan yang kuat).

Buttonholes aka lubang kancing
Proses jahit buttonholes lancar di bagian jaket yang ketinggian lipatannya sama rata, tapi sedikit kendala di bagian jaket yang permukaan nya tidak rata atau lipatan di bagian tertentu mempunyai ketebalan lebih. Untuk mengakali supaya foot presser buttonholes #3C tidak 'ngambek', saya selipkan lipatan potongan kain jeans yang tidak terpakai di belakang/bagian bawah foot presser, untuk memberi keseimbangan tinggi permukaan jaket, supaya sensor di foot presser buttonholes bisa 'mengukur dan mendeteksi' ketebalan kain & kemudian foot buttonholes bisa "menarik" kain di bawahnya dan lubang kancing yang di hasilkan akan rapi. 🤔 bingung tak gambarannya ? 😅 Intinya, posisi kain di bawah foot presser harus rata antara sisi kain yang tepat berada di bawah jarum (foot presser) dan bagian kain yang berada di bawah sensor foot presser. Saya sempat membongkar aka dedel 😣buttonholes yang saya buat pertama di bagian paling atas jaket, satu sisi agak tebal karena ketebalan lipatan seam allowance di antara kain.
Benang saya pakai benang Gutermann jeans untuk top thread dan Gutermann regular polyester di bobbin, jarum jeans #90/12.  Model buttonhole #54 , foot #3C di mesin jahit yang saya pakai.

Topstitching
Saya pakai benang Gutermann no.30 ( dari Wawak) sebagai top thread dan Gutermann regular polyester di bobbin (bawah),  jarum Topstitch Schmetz #90/12, stitch width 3.5.
 Tension saat jahit bagian yang sangat tebal di setting ke angka 6.25.
Kalau untuk jahit normal, pakai tension standar ikut angka di screen mesin jahit 5.25.

Saat jahit topstitching ini saya menyempatkan untuk mencoba metode lap seam menggunakan lap-seam presser foot  #71. Proses jahit lancar dan rapi sampai kepada bagian yang sangat tebal tidak rapi - well, saya kesulitan mengatasi bagian lipatan kain yang sangat tebal untuk masuk di dalam lubang foot #71 yang saya gunakan itu. Sayangnya saya tidak ada foto/video saat proses ini. Hasilnya secara umum bagus, rapi dan cepat, mungkin saya harus mencoba lagi. Karena ini adalah pertama kalinya saya menjahit di mesin dengan menggunakan foot #71 dan di kain denim yang bisa jadi tebal saat di lipat.  Saya pikir kalau di kain katun biasa tidak akan ada kendala.

Saya cukup senang dengan hasil akhir jahit Hampton. Dengan model klasik seperti ini saya bayangkan bisa dijahit di jenis kain lain juga dan warna lain. aahh...jadi ingin jaket warna hitam model seperti ini, tapi tidak menggunakan kancing jeans. Mengkhayal dulu aah..

Note.
(tidak ada sponsor/promosi brand!) 😁 Semua brand yang saya sebutkan di atas kebetulan merupakan brand dari alat bantu yang saya punya dan pakai untuk kebutuhan menjahit).

Selasa, 07 Agustus 2018

Holly Dress & Jumpsuit

Pertama kali melihat pola Holly Jumpsuit, saya tidak langsung jatuh hati. Modelnya, saya suka. Namun yang menjadi pertimbangan adalah, kaki saya akan terlihat "panjang" sekali bila mengenakan jumpsuit seperti ini (pinggang di posisi natural, celananya yang model palazzo terlihat panjang). Waktu itu saya lebih melirik jumpsuit yang panjangnya tanggung atau selutut, atau yang potongan pinggangnya jatuh di hip/pinggul. 

Suatu hari saat memesan pola untuk teman di salah satu online shop Spanyol, saya melihat ada Holly Jumpsuit versi paper. Pola By Hand London (BHL) saat ini sudah dalam bentuk PDF semua. Jadi printed pattern yang masih ada di reseller itu hanya sisa-sisa saja (BHL tidak mengeluarkan lagi printed pattern). Setelah dipikir-pikir sambil melihat hasil karya beberapa sewing blogger yang menggunakan pola ini, saya ambil lah Holly.

Awalnya, saya ingin membuat wearable muslin tapi dalam bentuk dress yang direncanakan untuk dipakai saat acara ulang tahun seorang teman di bulan April 2018. Size yang diambil adalah 10-14. Setelah polanya dicopy ke kertas transparan, saya langsung melalukan modifikasi bodice di situ. Seperti pada umumnya pola siap pakai, saya harus merubah posisi darts di dada. Lalu, pola di bagian pinggang, saya harus menambah 1.5 cm (jadi in total ada penambahan utk pinggang sebanyak 1.5 x 4 = 6 cm, besar juga ya). Penambahan ini harus dilakukan di bodice dan di bawahan.

Wearable muslin dibuat dengan kain crepe polyester dari Mondial Tissus. Facing menggunakan kain katun voile. Panjang rok dibuat semaksimal mungkin sesuai ketersediaan kain, karena niatnya memang ingin membuat maxi dress.

Di kesempatan ini, saya mencoba gathering foot dan hasilnya lumayan bagus. Kancing yang dipilih adalah jenis bundar seperti biji jagung dan tergolong vintage (dibeli di craft market khusus barang secondhand).





Hasil:

  • Katun voile tidak cocok untuk facing karena kurang stabil. Akan lebih baik menggunakan kain ini utk full lining di bodice.
  • Kain crepe yang condong berat ini kurang cocok untuk model panjang kerut di pinggang karena memberi kesan bahwa saya sedang hamil (alhamdulillah kalau iya, tapi kenyataannya kan tidak, hihi...) Note: Di bulan Agustus, saya memperpendek dress sekitar 20 cm supaya lebih terkesan ringan.

Dress ini sudah selesai sesuai waktunya untuk pesta ulang tahun teman. Tapi saya tidak jadi memakainya. Baju ini baru dikenakan saat acara pertunjukan menari si kecil di bulan Juni. 

Setelah melalui proses di atas, saya menjalankan rencana selanjutnya yaitu membuat jumpsuit dengan pola ini. Kainnya menggunakan crepe viscose dari Sacrés Coupons dan cotton silk Les Coupons de Saint Pierre untuk lining full bodice.

Modifikasi/tambahan:

  • Dua belt loop di kanan dan kiri pants
  • Dari 8 kancing, separuh berwarna merah tua, separuhnya lagi berwarna merah raspberry. 
  • Lalu, kancing merah raspberry itu cuma berisifat dekoratif. Di balik kainnya, saya memasang kancing jepret. Kenapa? Supaya kalau kebelet pipis, saya hanya perlu membuka 4 kancing merah tua. Sedangkan yang lainnya (jepret) tinggal saya tarik.
  • Meniadakan lipatan di lengan. Jadi lengan dibuat simple saja.







Hasil:

  • Nyaman dipakai karena liningnya adem. Kain utama (crepe viscose) juga tidak panas sih tapi sepertinya kain ini sudah dilapis jadi lebih tebal. Untuk jalan-jalan di bawah terik sinar matahari mungkin kurang cocok. Tapi untuk mid season atau di ruangan-bangunan ber-AC, boleh bangets.
  • Note kecil: ada gap di neckline belakang (punggung). Tidak terlalu mengganggu tapi mungkin ke depannya saya harus memodifikasi sedikit.
  • Ada sedikit kesalahan di penempatan darts (kain utama) tapi tidak terlalu kelihatan - tetap diperbaiki di bulan Agustus.


Saya akui memang jumpsuit ini memberi kesan kaki lebih panjang. Tapi saya berpikir bahwa panjangnya kaki ini tidak selalu harus ditutupi. Betul kan ? 

Rabu, 01 Agustus 2018

Fringe blouse

yihaaaaa !💃
Setelah menyampingkan proses jahit blouse ini sebulanan, saya selesaikan tahap akhir, jahit 3 biji kancing. Sejak launching pola Fringe blouse & dress ini sudah menarik di mata saya  aka i want it 😍 !

Sebenarnya lebih naksir model dress, tapi sebelumnya saya memilih untuk jahit versi blouse wearable toile untuk lihat fitting & size pola ini, karena ini pertama kalinya saya jahit pola Chalk and Notch.
Kain tencel 1m50 dari LSCSP stok lama, size 8, modifikasi :
  • memperpanjang bodice 1cm 
  • memperpendek bagian 'blouse' 5cm
 Instruksi pola ini sangat jelas  - menurut saya 😉 . Mudah di ikuti dengan skema yang jelas dan tips yang berguna untuk kelancaran menjahit pola ini. 💯
Saya pilih jahit blouse view A yang memiliki model V-neckline dengan tiga biji kancing,  jahit lengan tanpa sleeve tab dan tidak menggunakan tali di pinggang . Front facing saya lapisi dengan vlieseline G785.
Model pola ini mengingatkan saya akan Charlie Caftan 😍 dari Closet Case Pattern, serupa tapi tak sama.😀 note. saya sering kenakan Charlie Caftan summer ini 👍, karena heatwave yang membara, suhu 32-36℃. bref.
Tak sabar untuk jahit dress Fringe ini, mumpung summer masih fanaz membara, sepertinya nyaman mengenakan Fringe dress ini.