Pages

Senin, 17 Desember 2018

Berlin jacket

Brrrrr....
Suhu di luar mulai terasa menurun, bahkan dua hari belakangan ini saya kedinginan dan lihat temperatur yang sempat menyentuh  -2°C. ๐Ÿ˜“ Ahh..karena kedinginan mendorong saya untuk menjahit pakaian yang hangat... pisang goreng keleeuss ๐Ÿคญ๐Ÿ˜‰, intinya saya jadi semangat untuk mencoba jahit salah satu pola jacket yang saya impikan. 

Model jacket seperti ini saya belum pernah punya, bahkan belum pernah mencoba jacket model drop shoulders dan over size , karena menurut saya pasti akan terlihat aneh di badan saya. Cukuplah bathrobe saya saja ๐Ÿ˜‚  yang punya model seperti ini.  Tapiii...karena lama-lama suka lihat model jaket ini, marilah kita coba. 
Pola pilih dari Tessuti pattern, yaitu  Berlin Jacket, yang sudah launch sejak tahun 2016 , bisa di lihat di sini deskripsi pola.

Selain modelnya yang bikin saya tertarik, teknik jahit yang menurut saya lain dari lain itu jugalah membuat semakin ingin mencoba Berlin jacket. Menjahit jaket dengan pinggiran jahitan terlihat di luar.
Kebetulan beberapa tahun yang lalu saya beli kain online, karena penasaran bagaimana jenis kain  dan juga harganya yang murah ๐Ÿ˜‰. Iya doong, belajar otodidak sayang kalau beli kain yang mahal-mahal (bagi kantung saya) untuk di pakai sebagai toile wearable.  Ketika kain ini sampai pada waktu itu, sejujurnya saya agak kaget lihat jenisnya, kecewa karena kain tidak seperti yang saya bayangkan dan bingung akan di buat apakah jenis kain laine bouille aspect vรฉlour ini ??  Sehingga selama beberapa tahun kain tetap dalam bungkusannya yang saya simpan di sudut lemari yang tidak terlihat ๐Ÿ˜. Sampai pada akhirnya bulan November kemarin saya cuci mata dan lihat pola Berlin jacket, saya ingat bisa memakai kain yang 'tersingkir' itu ๐Ÿ˜. Setelah di prewash, kain sempat menyusut  sekitar 8-10 cm. Untung saja belum di jahit baru cuci. 

Saya hanya menggunakan 1m50 dari 3m kain yang ada untuk jaket ukuran S. Panjang jaket ikut seperti pola original supaya bisa menutup lutut, saya hanya memperpendek lengan -5cm saja.

Membaca instruksi dengan seksama ๐Ÿ’†๐Ÿป‍♀️, saya sedikit khawatir membuat kekeliruan, karena ini pertama kalinya saya menjahit jaket dengan menyatukan bagian lengan, facing sleeve dan facing  neckline tidak dengan cara seperti biasanya,di mana bagian right side together kemudian jahit di seam allowance yang ditentukan. Tetapi Berlin jaket di jahit dengan cara overlap dua pinggiran sisi kain dan jahit di setengah dari seam allowance yang di berikan. Misalnya, seam allowance ⅜", sisi wrong side satu bagian A di tumpukan di atas  sisi right side bagian B dengan jarak ⅜", kemudian jarum jahit untuk menyatukan  kedua kain A dan B tsb jatuh di jarak setengah dari ⅜", sehingga logika nya seam allowance hanya separuh dari ⅜". Do you see what I mean ? ๐Ÿค” hihihi.. saya juga bingung bagaimana menjelaskannya ๐Ÿ™ˆ๐Ÿ˜

Kecuali bagian belakang dan depan jaket di jahit seperti biasanya, yaitu dengan menyatukan  kedua bagian right side together.
bagian dalam jaket
Pola Berlin  merekomendasikan memakai kain yang pinggiran benangnya tidak berjumbai, sehingga  tidak membutuhkan mesin obras untuk merapikan sisi pinggir dan salah satu sisi pinggir akan kelihatan di luar jaket.
Mengenai pola Tessuti Berlin jaket versi digital merupakan pola pertama yang saya coba, draft polanya manual drafting, instruksi terbilang correct๐Ÿค”, saya menginginkan instruksi yang lebih detail dan di sertai gambar yang banyak ๐Ÿ˜Š. Tapi jangan khawatir sebab pola ini sendiri di buat untuk penjahit pemula sampai yang berpengalaman, karena memang mudah dan cepat.

Menjahit Berlin jacket dengan kain aneh ini juga memberikan kesempatan buat saya untuk mencoba walking foot. aaaah.... what a happiness ๐Ÿ’ƒ! Jahit tanpa kesulitan sama sekali, karena walking foot menarik dengan tepat kain di atas dan di bawah secara bersamaan. 
Jaket Berlin  sudah menemani saya beberapa hari, hangat sekali dikenakan saat udara dingin ๐Ÿ˜. Saya sedikit kaget, bagaimana mungkin kain 'aneh' ini ternyata bisa sehangat ini ๐Ÿคญ.
Kalau saya menemukan kain laine bouillie yang bagus, sepertinya saya akan menjahit lagi Berlin jaket ini.

Minggu, 09 Desember 2018

Fringe Dress

#very..*latepost 

Setelah mencoba jahit pola Fringe versi blouse, saya akhirnya jahit versi baju, menggunakan kain double gauze 1m50, salah satu jenis kain yang di rekomendasikan untuk pola ini.  Jenis kain lain yang di rekomendasikan adalah  cotton lawn, cotton voile, rayon challis, rayon voile, dan linen.
sebelum pengecilan, belum pasang kancing,
belum hemming
Saya memakai pola yang sama seperti pola blouse dengan memanjangkan bagian bawah (rok) sekitar 30cm, memaksimalkan panjang kain. Menjahit kain double gauze ini merupakan pengalaman pertama buat saya, ternyata sama saja seperti menjahit kain katun, tidak ada penanganan khusus kecuali saat mendedel jahitan ( ngelap keringat ๐Ÿ˜“).
Hasil awal baju ini longgar di pinggang ๐Ÿคฆ๐Ÿป‍♀️.
Baju ini saya pasangi lining dari kain cotton voile di bagian rok.
Saya sadari jenis kain tencel buat blouse lebih drapey alias "jatuh", sehingga mengurangi kesan size yang kebesaran ๐Ÿ˜‰ ( I don't mind). Tetapi di kain double gauze yang agak stiff , sangat terlihat ukuran yang besar itu, jadi lebar. Seharusnya untuk mendapatkan model yang fit, saya bisa mengurangi sekitar 10 cm total.
Tetapi karena saya agak malas untuk merubah total baju ini, usaha pertama saya adalah mengambil di bagian dart depan dan belakang sekitar 0,5cm X 4 dart  = 2cm saja yang saya kurangi. Jadi baju masih terlihat longgar. well, acceptable laah untuk summer seperti ini, mengenakan baju longgar.

Bagian saku terlihat agak 'aneh' menurut saya, mungkin saya tidak menjahit dengan benar atau kain untuk saku yang 'berat' ( saya pakai kain yang sama yaitu double gauze), sehingga memang terlihat agak berat di bagian saku. ๐Ÿ˜› mending kalau berat karena berisi uang yang banyak ๐Ÿ˜Ž
Setelah mengenakan untuk beberapa acara termasuk untuk jalan-jalan, saya tetap merasa nyaman dengan kelonggarannya. Praktis sebagai jenis  grab and go dress di musim panas ini.
Saya pikir jika menjahit lagi pola ini wajib menurunkan 1 - 1,5 size dari ukuran yang saya pakai untuk Fringe dress and blouse ini.

Selasa, 20 November 2018

Jamie Jeans in Black

Rencananya saya ingin membuat lanjutan tips menjahit celana jeans yang dilengkapi dengan foto proses penjahitan. Namun berhubung saya tidak sempat mendokumentasikan secara detail, maka sampai detik ini postingan yang dimaksud masih belum tuntas. Maafkan... *sungkem*

Sambil menunggu, berikut ini saya tampilkan satu celana jeans yang belum lama saya jahit. Kali ini dalam kain denim berwarna hitam dari Mondial Tissus. Polanya masih sama, Jamie Jeans dari Named. Ini merupakan Jamie Jeans kedua dan masih bukan untuk saya, heu... Ukuran yang saya ambil masih sama yaitu 36. Kenapa? Karena saya melihat Jamie yang pertama masih kebesaran di bagian perut sang pemakai. Jadi saya ingin melihat untuk kondisi sekarang, dimana pemakainya tambah besar, apakah akan lebih pas di badan (walau source dan elastisitas kain denimnya berbeda).


 

Untuk kali ini, saya memberikan sedikit sentuhan personal di kantung belakang, yaitu bordir ala-ala glazig. Saya pikir kalau kain dasarnya hitam sementara benang bordirnya menyala, hasilnya akan kelihatan cukup indah. Top stitching menggunakan benang berwarna fuchsia supaya harmonis dengan benang bordir. O iya, motif bordir disesuaikan dan dimodifikasi sesuai kemampuan saya yang terbatas.


Nah, berikut ini penampakannya saat dikenakan. Not bad. Agak kerut di bagian yoke tapi tak apalah... 


Kebaya dan Dress Batik

September lalu, dalam satu minggu yang cukup padat, saya berhasil "kebut-kebutan" dengan mesin jahit untuk membuat dua pakaian anak ukuran 8-9 tahun. Yang satu berupa kebaya kutu baru, yang satu lagi berupa dress batik.





Pola bodice dibuat dengan menggunakan panduan dari buku Esmod (Children's Garments) yang kemudian dimodifikasi menjadi kebaya kutu baru. Secara umum, prosesnya hampir sama dengan pembuatan kebaya di postingan ini. Bedanya hanya di penambahan ukuran dan adanya kupnat belakang. Bahan kain adalah brokat biasa yang dibeli dari Indonesia. Warnanya salem kalem dan cocok dengan warna kulit pemakainya. Liningnya juga dari Indonesia yaitu kain satin salem. 

Kebaya ini dikenakan saat ada acara bertema Indonesia namun pemakainya memadukan kebaya tersebut dengan celana jeans (supaya bisa lari-lari, hihi...).


Sedangkan untuk dress batik, polanya masih menggunakan Metropolitan Dress by Lil Luxe Collection. Modelnya sama persis dengan yang ada di postingan ini, bedanya hanya di ukuran dan motif kain. Kain batiknya merupakan hadiah dari keluarga di Indonesia. Liningnya menggunakan kain silk cotton putih dari Les Coupons de Saint Pierre

Seperti biasanya, satu potong kain batik itu panjangnya sudah standard. Nah, untuk Metropolitan Dress kali ini, saya memakai ukuran 9 tahun untuk bodice namun memaksimalkan panjang dress-nya sesuai kain. Panjang lengannya juga disesuaikan dengan sisa bahan. Jadi, kalau Anda menggunakan satu potong kain batik untuk membuat dress anak umur 9 tahun, masih bisa lho dengan model lebar bawah seperti ini. 




Kamis, 15 November 2018

La Mia Boutique dan Patrones

Kalau jalan-jalan ke negara lain, suvenir apa yang kita beli? Biasanya sih hiasan magnet, gantungan kunci, bola salju, kaos, dll. Tapi kalau kita suka menjahit, bisa lho membeli majalah lokal yang isinya khusus tentang menjahit. 

Misalnya di Italy ada majalah La Mia Boutique yang cukup terkenal di kalangan home sewist. Di dalamnya ada beragam model pakaian dan pola untuk membuatnya. Menurut saya, model-model yang ditampilkan dalam La Mia Boutique ini tergolong stylish dan chic sehingga untuk beberapa model akan kurang cocok dikenakan untuk sehari-hari. Itu menurut saya lho ya, mungkin Anda akan memiliki pendapat yang  berbeda.  









Di Spanyol ada majalah menjahit yang bernama Patrones. Majalah ini kadang memuat model-model pakaian aktual dari beragam merk pakaian ready-to-wear misalnya American Vintage, IKKS, El Corte Ingles, Antik Batik, dll. Menurut saya, secara umum model-model yang ada di Patrones lebih kasual dan lebih cocok untuk dipakai sehari-hari atau ke pesta yang tidak terlalu resmi. Contoh untuk foto di bawah ini (cover) yang menampilkan jaket perfecto dari merk IKKS. 








Nah, apakah Anda jadi tertarik untuk mencari majalah menjahit lokal sebagai suvenir dari kunjungan di negara lain ? Bahasanya mungkin tidak kita pahami tapi kalau kita sudah cukup lama menjahit, pola yang ada tetap bisa kita gunakan. Atau ya, disimpan sebagai suvenir saja.

Berikut ini informasi tambahan tentang berbagai majalah menjahit busana yang ada di Perancis (per November 2018) :

  • Burda Style : ada beragam versi misalnya Burda biasa, Burda Plus (size besar), Burda Easy, Burda Kids, Burda Baby. Asal negaranya Burda, Anda tahu lah ya
  • La Maison Victor : dari Belgia, terbit dalam 3 bahasa (Perancis, Belanda dan Jerman), instruksi disertai ilustrasi
  • Ottobre : dari Finlandia, ada dua edisi yaitu dewasa perempuan dan anak, instruksi tidak disertai ilustrasi
  • Tendances Couture : isinya koleksi pola grup Simplicity, instruksi disertai ilustrasi
  • Fait Main : satu grup dengan Burda
  • Couture Actuelle : Patrones versi bahasa Perancis
  • Ma Boutique Perso : La Mia Boutique versi bahasa Perancis
  • Fashion Style : Knipmode (Belanda) versi bahasa Perancis
  • Elena Couture : dari Jerman
  • Diana Couture : dari Jerman
  • Modes et Travaux : ini asli Perancis dan sudah eksis sejak lama, tapi sebenarnya majalah ini bertema umum untuk wanita yang terkadang menyisipkan pola menjahit atau menerbitkan edisi khusus menjahit yang berisi full pola menjahit

Dan masih banyak lagi majalah menjahit yang terbit di Perancis. Beberapa di antaranya memiliki spesifikasi yang lain misalnya patchwork, quilt, craft atau bordir. Pokoknya kalau sempat mampir ke kios koran dan majalah, lihat semua majalah yang ditawarkan di bagian craft (loisirs). Pasti Anda akan betah dan kemudian bingung dalam memilih, hihi... Harganya berapa ? Antara 6 - 11 euros per majalah, tidak mahal kan. 

PS. Majalah Patrones di atas adalah edisi summer 2016, sementara La Mia Boutique terbitan Agustus-September 2018.

Jumat, 26 Oktober 2018

Museum Mode di Florence

Kota Florence (Firenze) merupakan salah satu kota di Italy yang memiliki hubungan mesra dengan dunia fashion. Kota ini menampung beberapa museum yang terkait dengan fashion, misalnya museum Gucci, museum Ferragamo dan beberapa yang lainnya. Dari sejarah, satu keluarga bangsawan yang makmur dan bermukim di Florence, the powerful Medici family, juga banyak memberi pengaruh kepada perkembangan tekstil dan art di wilayah Tuscany. Untuk itu saya sekeluarga menetapkan kota ini sebagai salah satu tujuan wisata di musim panas yang lalu dan ingin mengunjungi satu museum di sana yang terkait fashion/mode.

Museum Mode dan Costumes berlokasi di dalam area Pitti Palace, istana kerajaan Italy yang sekarang menjadi museum. Sebagian besar koleksi yang ada tentu saja karya dari beberapa designer Italy seperti Ferragamo. Namun ada juga karya dari designer negara lain misalnya Coco Chanel.

Berikut ini beberapa foto yang saya ambil selama kunjungan tersebut.






















Lumayan menarik dan bisa memberikan inspirasi dalam menjahit. Koleksinya berbeda-beda dan mungkin ada temanya (mungkin? hihi, tidak sempat baca-baca). Sayang sekali saya tidak banyak waktu untuk mengeksplorasi lebih jauh karena kami harus bergerak ke titik wisata lain dan cuaca cukup panas waktu itu.

Kalau Anda berkesempatan untuk mengunjungi Florence, cobalah untuk mampir ke museum ini. Harga tiket masuk bisa dilihat di sini dan dengan harga itu kita bisa juga masuk the palace dimana tempat ini banyak menampilkan koleksi seninya, terutama lukisan keluarga Medici dan penguasa Tuscany pada masa lampau. Detailnya bisa dicek sendiri ke internet yaa... Pokoke kalau mau ke sana, beli tiketnya online saja demi menghindari antrian panjang terutama bila di musim liburan. Oh oya, kalau beli tiket online, ada fee-nya ya, jadi jangan heran kalau misalnya harga tiket 16 euros masih ada tambahan fee sekitar 4 euros (tergantung site-nya, tapi mendingan ke site uffizi.it deh karena resmi).

Arrivederci !


Selasa, 09 Oktober 2018

Museum Kain di Lyon


Musim panas yang lalu, saya mengunjungi satu museum di kota Lyon, Musee des Tissus et des Arts dรฉcoratifs. Museum ini khusus menampilkan item yang terkait dengan kain atau tekstil sejak awal masuknya pedagang kain sutra dari Italy. Jadi, kota Lyon memang terkenal dengan produksi sutra. Awalnya sutra yang ada di pasaran Lyon adalah sutra yang dibawa oleh pedagang kain dari Italy (abad ke-15). Secara rutin mereka datang untuk memasarkan kain sutra hasil produksi Italy. Namun kemudian kota Lyon ini membuat produksi sendiri dan menjadi penyedia kebutuhan kain sutra bagi keluarga kerajaan Perancis. 


Yah, begitulah kira-kira ceritanya, hihi... Panjang soalnya kalau mau dibahas. Yang jelas, di museum ini saya melihat sejarah, koleksi tekstil dari abad ke-15 sampai dengan koleksi pakaian, aksesoris dan item dekorasi berbahan benang/kain yang juga berasal dari abad-abad lampau serta dari negara-negara lain di luar Perancis. Kebanyakan item yang ditampilkan tentunya adalah tekstil berbahan dasar sutra (brocart sutra, satin sutra, taffeta sutra, dll). Tapi ada juga beberapa item yang berbahan dasar katun dan linen.

Sayangnya museum ini tidak mengijinkan pengunjung untuk mengambil foto. Padahal koleksinya bagus-bagus misalnya kain-kain yang khusus didesain dan diproduksi untuk ratu dan raja. Yang saya lihat tidak hanya kain yang sudah jadi namun juga desain asli dari artis yang mengerjakan motifnya. Desain dalam bentuk gambar dengan menggunakan cat air. Lalu ada juga kain-kain tapestry yang khusus dibuat untuk dinding kamar raja atau ratu. Jadi ya bentuknya panjang dan besar. Namun ada juga yang bentuknya kecil karena hanya berupa sample. Yang juga menarik bagi saya adalah satu hiasan dinding dari negara, hm saya lupa, mungkin Iran. Hiasan ini sudah cukup tua usianya dan berupa kaligrafi arab. Saya berusaha membacanya, sepertinya berupa syahadat. Indah deh.

Anyway, kalau Anda berkesempatan untuk mengunjungi kota Lyon, coba deh mampir ke museum ini. Tiket masuknya hanya 10 euros untuk dewasa. Lalu di bagian butik suvenir, kita bisa membeli beberapa produk sutra dalam bentuk scarf atau suvenir lainnya (buku, magnet, kartu pos, dll).

Informasi tentang sutra di Lyon bisa dibaca di Wikipedia (in french). Dan untuk melihat beberapa foto tentang isi museum, silakan mampir ke website resminya di sini (in french).


Jumat, 24 Agustus 2018

Hampton Jean Jacket

Spring is here !๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒผ๐ŸŒบ
uhmmh...tepatnya minggu terakhir summer saat blog ini di posting ๐Ÿ˜…

Yaaay ! Tercapai cita-cita untuk punya dan jahit sendiri jaket jeans idaman ! Oh yeeaah !
Padahal jaket jean termasuk model yang klasik dan banyak di jual di toko๐Ÿ˜œ, tapi saya bercita-cita jahit sendiri, supaya bisa memilih sendiri warna dan Jenis kain ( no stretch, puhleaseee..๐Ÿ™๐Ÿผ),  bisa mengatur panjang jaket dan panjang lengan sesuai keinginan. And yessss ! Begitu lihat pola Hampton jean jacket dari Alina Sewing Design Co, saya amati dengan cermat pola & deskripsi nya, pilihan saya jatuh ke pola ini. Semua yang saya inginkan ada di pola Hampton;  model jaket jeans klasik, dua pocket , no stretch. Pola ini di draft dengan cermat,  instruksinya bisa saya katakan di tulis dengan sangat detail setiap langkah dan di lengkapi dengan gambar/ilustrasi yang membantu dan apalagi  ada Sew along ๐Ÿ‘‰di sini . Sebelum memilih Hampton saya juga sempat lihat pola Maisa Design Jacket dari Named Clothing, sayangnya bukan modelitu kurang cocok dengan keinginan saya ( tapi saya yakin well-drafted).


 
Hampton jean jacket saya jahit di kain  denim blue dark, no stretch &  medium weight. Kain ini saya beli dua tahun yang lalu di Marchรฉ du Tissu ( pasar kain annual), di simpan utk proyek yang tepat. Yang wajib di lakukan pada saat awal untuk treat kain denim adalah mencuci nya. Sebaiknya sih 2-3 X sebelum kain di potong, supaya kondisi kain menjadi lebih lemas dan menghindari nanti di kemudian hari setelah di jahit jadi sedikit melar,  juga kalau ada luntur bisa menguranginya . Terbukti dengan jeans Safran saya, yang di cuci ( pre wash) hanya satu kali sebelum jahit, setelah jahit, pakai dan di cuci 3-4X, jadi sedikit melar, berasa jeans agak longgar di bandingkan saat  jahit pertama.  Bisa jadi ini berhubungan dengan kualitas kain denim itu sendiri ๐Ÿค”. 

Well, itu teorinya , tapi untuk jaket Hampton ini, saya cuci hanya 1X, dengan pertimbangan karena jaket I don't mind kalau agak melar dan lagian ini adalah kain jeans coton, so small risque.

Size dan modifikasi 
Saya pilih size 12 ( setelah jadi bisa turun ke size 10 atau bahkan size 8  jika tidak ingin tutup jaket ), tapi karena ini pertama kali nya saya jahit pola ini, lebih memilih untuk jahit di size agak besar dengan pertimbangan bahwa model jaket ini bisa tetap di kenakan walaupun sedikit besar.
Kain denim cotton , medium-weight 1m75 yang saya butuhkan untuk ukuran saya. Warna biruuuu tua (levi's look like color๐Ÿ˜Ž), yaaah saya sangat ingin memiliki jaket jeans dengan warna seperti ini tanpa embel-embel atau asesoris lain yang di jahit di jaket, tanpa ada model sobek sana sini. ๐Ÿ™Š
Modifikasi pola :
  • Shorten sleeve 6,5cm 
  • shorten bodice 4cm 
  • 1" swayback
Tadinya saya ingin mengurangi lebar cuff juga ( 5cm original), tapi mengingat biasanya saat mengenakan lengan panjang saya lebih suka menggulung lengan tsb, jadi saya biarkan cuff seperti aslinya sebagai guide saat menyingsingkan menggulung lengan jaket.

Collar
Saya menggunakan interfacing vlieseline H180. Menurut saya agak stiff, but it's acceptable.

Kancing
Kancing saya pakai button jeans 17mm Prym, 14 biji. Tadinya saya mau pakai kancing jeans dari Wawak, tapi saya tidak menemukan bungkusan lainnya ๐Ÿคฆ๐Ÿป‍♀️ ( 1 bungkus isi 12 biji), jadi saya pakai saja kancing Prym, 2 bungkus ( 1 bungkus isi 8 biji). Proses pemasangan kancing easy peasy, dengan awl  (pelubang) untuk membuat lubang kecil di jaket ( di posisi kancing akan di pasang) dan plier Prym . What a happiness pasang kancing jeans dengan plier, tidak membutuhkan palu, cukup di tekan kuat plier tsb dan kancing akan terpasang dengan rapi dan manis di jaket.

Perlu di ingat, tandai tempat pemasangan kancing dengan benar, supaya nanti saat melubangi dan pasang kancing tidak keliru penempatan kancing tsb. Kalau salah pasang, bisakah di cabut kancing nya dan rubah tempat pasang❓Good question ! Saya sendiri belum pernah coba, yang pasti akan ada bekas lubang pertama. ๐Ÿค”
Untuk proses kancing, siapkan pencil untuk menandai, awl untuk melubangi jaket & plier  (tidak perlu di palu ๐Ÿ”จ, cukup di tekan yang kuat).

Buttonholes aka lubang kancing
Proses jahit buttonholes lancar di bagian jaket yang ketinggian lipatannya sama rata, tapi sedikit kendala di bagian jaket yang permukaan nya tidak rata atau lipatan di bagian tertentu mempunyai ketebalan lebih. Untuk mengakali supaya foot presser buttonholes #3C tidak 'ngambek', saya selipkan lipatan potongan kain jeans yang tidak terpakai di belakang/bagian bawah foot presser, untuk memberi keseimbangan tinggi permukaan jaket, supaya sensor di foot presser buttonholes bisa 'mengukur dan mendeteksi' ketebalan kain & kemudian foot buttonholes bisa "menarik" kain di bawahnya dan lubang kancing yang di hasilkan akan rapi. ๐Ÿค” bingung tak gambarannya ? ๐Ÿ˜… Intinya, posisi kain di bawah foot presser harus rata antara sisi kain yang tepat berada di bawah jarum (foot presser) dan bagian kain yang berada di bawah sensor foot presser. Saya sempat membongkar aka dedel ๐Ÿ˜ฃbuttonholes yang saya buat pertama di bagian paling atas jaket, satu sisi agak tebal karena ketebalan lipatan seam allowance di antara kain.
Benang saya pakai benang Gutermann jeans untuk top thread dan Gutermann regular polyester di bobbin, jarum jeans #90/12.  Model buttonhole #54 , foot #3C di mesin jahit yang saya pakai.

Topstitching
Saya pakai benang Gutermann no.30 ( dari Wawak) sebagai top thread dan Gutermann regular polyester di bobbin (bawah),  jarum Topstitch Schmetz #90/12, stitch width 3.5.
 Tension saat jahit bagian yang sangat tebal di setting ke angka 6.25.
Kalau untuk jahit normal, pakai tension standar ikut angka di screen mesin jahit 5.25.

Saat jahit topstitching ini saya menyempatkan untuk mencoba metode lap seam menggunakan lap-seam presser foot  #71. Proses jahit lancar dan rapi sampai kepada bagian yang sangat tebal tidak rapi - well, saya kesulitan mengatasi bagian lipatan kain yang sangat tebal untuk masuk di dalam lubang foot #71 yang saya gunakan itu. Sayangnya saya tidak ada foto/video saat proses ini. Hasilnya secara umum bagus, rapi dan cepat, mungkin saya harus mencoba lagi. Karena ini adalah pertama kalinya saya menjahit di mesin dengan menggunakan foot #71 dan di kain denim yang bisa jadi tebal saat di lipat.  Saya pikir kalau di kain katun biasa tidak akan ada kendala.

Saya cukup senang dengan hasil akhir jahit Hampton. Dengan model klasik seperti ini saya bayangkan bisa dijahit di jenis kain lain juga dan warna lain. aahh...jadi ingin jaket warna hitam model seperti ini, tapi tidak menggunakan kancing jeans. Mengkhayal dulu aah..

Note.
(tidak ada sponsor/promosi brand!) ๐Ÿ˜ Semua brand yang saya sebutkan di atas kebetulan merupakan brand dari alat bantu yang saya punya dan pakai untuk kebutuhan menjahit).