Pages

Kamis, 15 Juni 2017

Ninni culottes white linen

Tahun 2017 ini saya berkeinginan untuk menjahit lebih banyak bawahan , seperti rok (hmmmh..not my favorit to wear ๐Ÿ˜, celana panjang, celana pendek). Yang tidak terpikir untuk di jahit adalah culottes, padahal saya telah tampung pola beberapa culottes yang biasanya saya beli saat launching pertama pola, selain karena langsung suka begitu lihat pola tsb, juga biasanya ada discount saat launching ๐Ÿ˜‰.
Saya ingin sekali jahit bawahan warna putih untuk summer 2017 ini. Beberapa pola yang sudah ready to cut, adalah Tania culottes  versi pendek ( OMG ! Sudah berapa tahun pola ini ? ๐Ÿ˜น), Muscades jupe culottes,   Emerson crop pant dan Ninni waistband culottes. Pola-pola ini hanya menunggu kain yang cocok dan bisa di jahit & mood untuk menjahit.๐Ÿ™…
Kali ini pilihan jatuh di Ninni culottes. Kenapa ? Karena di antara pola yang sudah siap tsb, Ninni culottes ini adalah pola yang paling simple dan terlebih karena saya punya kain linen warna putih 1m50 yang cukup untuk Ninni culottes. Pola lainnya membutuhkan kain lebih panjang. Yeess !

Kain linen agak sedikit stiff, awalnya saya ingin jahit Kalle shirt dress, tapi tidak cukup kainnya. Selain dua alasan tersebut di atas, saya lebih percaya diri untuk jahit Named Clothing pattern  tanpa harus membuat muslin wearable karena dari pengalaman yang lalu, tidak ada kejutan buruk dengan ukurannya & petunjuk pola yang mudah di ikuti ๐Ÿ’ƒ.
Ninni culottes cut di size 40, sejak awal saya tahu culottes ini di desain dengan banyak ease alias very loose fitting. Kalau dilihat dari ease pola, bisa saja saya jahit di size 36 untuk look yang lebih fit, atau size 38 misalnya, tapi saya memang ingin culottes yang  lebar dan hasilnya seperti yang saya inginkan, apalagi ada dua sakunya.
Saya sering pakai Ninni culottes sejak selesai jahit, sangat nyaman di saat cuaca panas seperti belakangan ini.
 
Ninni culottes tidak membutuhkan banyak teknik aka sangat mudah di jahit, karena hanya pake karet di pinggang, tidak ada pleat, zipper atau kancing.
Kali berikut ingin jahit di jenis kain yang "drape", seperti tencel atau viscose dan untuk culottes lebih "formal" di kain crepe.

Rabu, 14 Juni 2017

Willamette shirt

Ketika pola Willamette shirt  dari Heyjune pattern ini di launching, saya sedang menunggu pola Kalle shirt dress yang sedang  dalam proses print A0 di copy shop yang tak kunjung tiba.๐Ÿ˜ฅ 
Saya suka ๐Ÿ˜ model Willamette shirt ini,  kebetulan ada discount saat launching, saya pun membeli pola PDF nya. ๐Ÿ˜œ
Ada tiga option views di pola Willamette shirt ini, saya memilih jahit view A.
Kain  yang saya gunakan adalah cotton shirting elasthane sepanjang 1m40, beli potongan 3m di LCSP sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu. Jenis kain ini cocok untuk jahit kemeja, katun dengan sedikit kandungan elastisitas.
Shirt Willamette terbilang simple di lihat dari segi collar nya, tidak ada collar stand. Tetapi ada facing front, yang di awal saya agak bingung saat pemasangannya untuk jahit di bagian shoulder dan collar karena ada facing back yoke juga. Saya berusaha untuk memahami petunjuk yang di buat cukup jelas, dan akhirnya bisa juga melewati proses ini - dengan rapi. Kuncinya,  saya tidak boleh terburu-buru untuk jahit , cukup. mengikuti petunjuk dengan seksama.
Tidak ada banyak button hole yang di buat (cuma satu, tapi optional) sehingga bisa mempercepat penyelesaian shirt. Kain stripe  jika dibuat stripe match hasilnya tentu lebih bagus di pandang mata, tapi saya agak malas untuk melakukan matching stripe ๐Ÿ˜ saat penempatan pola, jadi saya biarkan seperti apa adanya saja. ๐Ÿ˜‰
atas : front wrong side with its facing 
bawah : shirt back  with inverted pleat

 




Ini adalah pola ke-tiga saya dari Heyjune pattern dan merupakan pola ke-dua yang saya jahit. well drafted ! ๐Ÿ‘Œ

Senin, 05 Juni 2017

Kalle Shirt dress

What ? June already ? ๐Ÿ’ƒ
Kalle shirtdress selesai dijahit beberapa hari yang lalu. Pola indie dari Closet Case Patterns terbilang mudah di jahit dan very bery well drafted oleh Heather. Saya jatuh hati  ๐Ÿ’˜ begitu lihat pola ini dilaunching. Banyak penjahit yang telah menunggu sejak tahun lalu, sejak melihat Heather "pamer"  di blog (future) Kalle shirt dress yang dikenakannya .๐Ÿ˜  Banyak permintaan dari para reader blog (aka penjahit) supaya Heather membuatkan pola yang akhirnya terwujud.
Ada tiga option Kalle yang bisa d jahit. Saya pilih jahit shirt dress dengan button placket.
Kalle shirt dress tergolong loose fitting dress, cocok dikenakan di saat cuaca yang lagi panas seperti sekarang ini.


Saya cut di size 10, shorten 7½ cm ( yaaay ! ๐Ÿ˜†) dan jahit di kain gingham biru beli online di LCSP dua tahun yang lalu ๐Ÿ˜€. Menunggu proyek yang tepat untuk jahit di kain ini. Pada mulanya saya ingin jahit di kain linen, tapi stok yang ada tidak mencukupi, sehingga melirik kain gingham 3m yang ada di stash.
Kancing saya pilih pakai snap button biar lebih cepat pasangnya. Bagian belakang dress, saya pilih metode inverted pleat. Teknik yang digunakan sama seperti teknik jahit kemeja pada umumnya, kecuali pada saat jahit hem yang sangat curve, dibutuhkan sedikit kesabaran. Tetapi pemilihan bias sebagai finishing di hem, mempermudah proses jahit.
Kalle di draft dengan bagian depan dress lebih pendek dari bagian depan.
Petunjuk yang ada di booklet sangat mudah di ikuti dan jelas. Apalagi ada juga sew-along di sitenya, sehingga sangat membantu buat yang membutuhkan lebih detail lagi proses jahit Kalle shirt dress.
Kalle gingham ini jadinya agak sedikit pendek di bagian depan (untuk saya), perlu di tambahkan untuk Kalle berikutnya. Atau bisa juga di kenakan sebagai tunik + legging atau dikenakan dengan celana panjang, tapi saya kurang suka ide ini๐Ÿค”.
Karena saya suka saku, sehingga saya tambahkan satu saku di Kalle dress ini.
Duuuh, tak sabar ingin jahit lagi di linen. Mau coba bikin tunic juga aah ๐Ÿ˜

Jumat, 02 Juni 2017

Isla Trench Coat



Haiyaa... ini project yang baru kelar hari Senin lalu. Dan capeknya masih berasa sampai sekarang. Serius deh...

Jadi waktu Named mengeluarkan koleksi terbarunya di akhir tahun 2015 (fall winter), saya naksir beberapa pola mereka, terutama Isla Trench ini. Tapi tingkat kesulitannya, heyhoo... lima! Alias paling susye tuh *lap keringet*. Setelah maju mundur, akhirnya ketika mereka ada diskon akhir tahun 2015, saya ambil lah pola ini dalam versi PDF (16 euros di-diskon menjadi 10 euros). Dan tahun ini akhirnya project Isla bisa dilaksanakan dengan menggunakan bahan kain yang ada di stash.

Kalau kita melihat desainnya, dengan segala detail yang ada, tentu kita sudah bisa menduga kalau pola ini termasuk advance. Dan setelah saya memulainya (dengan mengumpulkan energi berbulan-bulan, haha... lebay...), semakin nyata bahwa project ini membuat saya bolak balik sakit pinggang *ouch*.

Persiapan pola (print, potong, tempel) sudah dikerjakan sejak beberapa bulan yang lalu (lupa tepatnya). Demikian juga dengan proses prewash bahan kain.  Kemudian cutting bahan baru bisa dilakukan tanggal 16 April di rumah mertua. Kenapa di sana? Karena di sana saya bisa menggelar tiga meter kain dengan leluasa (tempat tinggal saya sempit euy). Proses ini memakan waktu sekitar 3 jam dan ini baru kain utama (denim viscose), belum kain lining karena belum ada. Lalu Isla project ini sempat ditunda karena saya mendahulukan Jamie jeans plus berburu kain lining.


Awal Mei, saya melanjutkan project ini ke tahap konstruksi alias penjahitan. Tekad saya waktu itu, setiap hari kerja (Senin, Selasa, Kamis dan Jumat - hari kerja saya :D), saya harus mencicil dua sampai tiga jam. Setelah itu, tinggalkan, kerjakan project yang lain (permak, craft, dll). Dengan begitu, energi saya tidak habis di satu project yang sulit dan bisa berbagi dengan project yang lain. Cara ini juga membantu saya dalam mengelola emosi yang biasanya suka naik kalau ketemu dengan tahapan yang sulit. Dengan sistem mencicil ini, akhirnya Isla trench kelar juga. Kalau dihitung, dari awal menjahit sampai selesai sekitar sebulan lah.

Kesulitan yang saya temui:

Pertama adalah saat menyiapkan pola. Karena polanya PDF dan ada pieces yang bertumpukan di kertas pola (di site Named tertulis Overlapped pattern layoutYes), maka saya selain harus memotong pieces sesuai size yang diinginkan (42), juga saya harus meng-copy (atau kalau mau, print ulang) di bagian-bagian tertentu. Tahap ini sudah harus dikerjakan di lantai karena Isla ini panjang.
Pieces pola yang harus dipersiapkan banyak sekali! Karena ya itu, detailnya banyak.

Lalu di bagian pemotongan kain, walau sudah di atas lantai yang lebar, kainnya sendiri bukan jenis yang mudah dikendalikan. Seperti halnya viscose, denim yang saya pilih ini pun suka bergeser. Demikian pula dengan kain lining yang saya pilih: silk polyster. Tahapan pemotongan kain ini harus dilakukan dengan perlahan dan super hati-hati.


Nah, tahap penjahitan termasuk lebih mudah karena semua ada gambarnya. Jelas deh. Kadang tidak terlalu perlu untuk membaca instruksi kecuali utk cross check apakah pemahaman saya sudah betul. Tapi, walau terbilang jelas, tahap ini juga membutuhkan energi lebih karena: 1. lama (banyak sekali pieces yang dijahit), dan 2. begitu mencapai penjahitan bodice, bobot menjadi makin berat (panjangnya kain membuat bobot berat, apalagi kl sudah dijahit semua). Kalau saya tidak memposisikan dengan benar, kain yang sedang saya jahit bisa jatuh ke bawah karena bebannya itu.


Penjahitan bahan kain denim viscose dan silk polyster perlu perhatian khusus juga karena seperti yang sudah saya sampaikan di atas, jenis kainnya termasuk yang sulit dikendalikan. Penggunaan jarum pentul atau penjepit sangat disarankan tapi hati-hati untuk silk poly karena jarum bisa menimbulkan lubang yang kentara (kalau punya jarum pentul khusus untuk silk, lebih oke tuh).

Mungkin yang bisa saya tambahkan terkait konstruksi adalah proses setelah lining disatukan dengan bodice (mereka pakai istilah shell). Tapi karena saya sudah pernah membaca dan mempraktekkan teknik bagging dari buku High Fashion Sewing Secrets jadi dalam proses ini saya tidak lagi melihat instruksi secara detil.

Tahap pembuatan lubang kancing bagi saya agak menyebalkan karena saya harus menjaga dengan hati-hati supaya trench tidak tertarik ke bawah karena bobotnya. Ketebalan kainnya sendiri tidak menghambat tapi entah kenapa saat jahitan mundur (saya menggunakan mesin jahit mekanik Bernina dengan sistem pembuatan lubang kancing non-automatic) kainnya sempat tidak mau bergerak. Dan ini terjadi untuk beberapa lubang kancing sehingga saya sempat harus mengulang. Apa ada yang menyangkut atau tertahan di salah satu bagian mesin? Atau malah tertahan tanpa sengaja di ujung meja? Mungkin lain kali untuk project coat panjang saya harus memindahkan mesin jahit mekanik ini ke meja makan karena space lebih luas (mengurangi resiko kain stucked karena entah menyangkut atau jatuh ke bawah). Mesin jahit ini memang tempat mangkalnya hanya di meja ukuran standar (standar meja tulis). Catat ah untuk lain kali, pindahkan mesin walau beratnya luar biasa >_<

Trench ini memiliki beberapa tahapan topstitching jadi ada dua macam benang yang saya gunakan, benang jahit dan benang topstitching. Karena bahannya denim, jadi benang-benangnya tinggal saya ambil dari yang ada untuk menjahit celana jeans.

Modifikasi yang saya lakukan: Hanya memperpendek panjang trench 20 cm karena kainnya pas. Untuk ukuran 42 itu disarankan kain utamanya sekitar 3.5 meter untuk lebar kain 150 cm. Nah, karena kain denim saya itu hanya 3 m (dibeli sudah dalam potongan 3 m), maka trench ini harus diperpendek.

Voilร , voilร ... Hasilnya not bad. Bangga juga sudah bisa menyelesaikan project sulit ini. Terlihat cukup rapi walau kain denimnya ada bekas-bekas lipatan yang tidak mau hilang, heu... Next time saya mau membuatnya dengan bahan kain cotton gabardine saja karena lebih mudah diatur, lebih menyenangkan dan tidak mudah lecek, hihi...




Bahan:

  • Denim viscose dan silk polyester dari Les Coupons Saint Pierre, Paris
  • Kancing besar dan kecil dari La Mercerie du Berry (eBay)
  • Benang jahit dan benang topstitching: Gutermann





Kamis, 01 Juni 2017

Tas Batik Before and After


Sekitar enam tahun yang lalu, saya pernah membeli tas dari seorang crafter Indonesia yang tinggal di negara Swiss. Tas tersebut terbuat dari kanvas yang dipadukan dengan kain batik dominasi warna hijau coklat serta aksen kulit berwarna hijau. Modelnya casual dan bisa digunakan dengan dua cara yaitu dicangklong di pundak atau sebagai tas punggung. Ukurannya lumayan besar jadi bisa muat banyak. Hanya saja tingkat kekuatan tas tersebut agak meragukan jadi kalau mau diisi banyak sebaiknya bukanlah barang-barang yang berat.

Suatu hari, saya hendak membersihkan tas tersebut. Karena itu tas kain, jadi dalam pikiran saya tidaklah masalah jika dicuci seperti biasa, namun tanpa mesin alias dengan tangan. Ternyata kulitnya yang berwarna hijau luntur ke body kanvas yang berwarna taupe serta ke kain lining (katun) yang berwarna kuning gading. Alhasil, belepotan lah badan dan lining tas tersebut. Saya pun jadi ilfil, tidak mau memakainya lagi. Sangatlah disayangkan mengingat harga tas tersebut terbilang mahal.


Sampai akhirnya bulan April lalu, saya bertekad memperbaiki tas itu dengan mengganti badannya dengan yang baru. Yang ingin saya keep adalah bagian penutupnya yang ada kain batik. Kebetulan saya mempunyai bahan kanvas solid berwarna coklat tua jadi masih matching dengan warna batiknya. Kemudian, kain lining juga saya ganti dengan kain senada. Intinya, body tas total diganti. Modelnya pun diganti. Tentunya, di tahap awal saya harus mendedel body tas dan melucuti semua metal serta kulit yang ada di situ (ring, closure, dll).


Saya merancang model yang sederhana saja dengan bentuk persegi panjang seperti satchel bag. Di bagian dalam ada kantung untuk menaruh beberapa pulpen dan kartu. Kemudian di bagian luar belakang ada satu kantung ber-zipper untuk menaruh beberapa barang kecil yang sering dipakai seperti kartu transportasi, lip balm, pulpen, tissu. Karena project ini agak dadakan, jadi saya hanya memakai bahan material yang ada di rumah. Untuk itu warna zipper pun sesuai kondisi apa adanya.


Bahan material:

  • Kain outer: kanvas solid dari Antiqua Fabric (FB dan IG)
  • Kain lining: katun IKEA dari teman
  • Kain dalam kantung ber-zipper: katun putih tipis dari mertua
  • Interfacing: Decovil 
  • Ring, closure, dll: mengambil dari body tas yang lama
  • Zipper: YKK


Intinya, kalau kita punya tas berbahan kain dan ingin kita rubah, bisa aja kok. Semua tergantung keinginan dan kemauan kita. Bosan model pun belum tentu harus beli baru. Coba deh rombak sendiri. Selain itu, pelajaran yang saya ambil dari keseluruhan pengalaman ini adalah: kalau tas kain kotor, ya spot cleaning aja, tidak perlu dicuci semuanya. Berabe kalau ternyata luntur yak :D