Pages

Jumat, 15 Maret 2019

Alteration pada Blazer

Baju kekecilan atau baju kebesaran ? Biasa ya. Entah karena perubahan badan, atau kita beli bajunya pas sale dan tidak sempat dicoba, atau tiba-tiba bajunya menyusut setelah dicuci, atau dapat lungsuran baju keren dari kakak (atau baju vintage dari ibu). Untuk alasan apapun, hal ini sering terjadi pada kita dan umumnya kita bisa membawa baju tersebut ke tukang permak untuk diperbesar (sedikit, tergantung kampuhnya) atau diperkecil. Tapi sebenarnya bisa atau tidak sih kita modifikasi sendiri ? Tentu bisa.

Alterasi baju merupakan salah satu kegiatan yang saya suka. Memperkecil, memperbesar, termasuk memperbaiki tentunya. Entah kenapa, kegiatan ini memberikan kepuasan tersendiri bagi saya. Rasanya seperti satu kesuksesan kecil begitu bajunya selesai dimodifikasi dan menjadi lebih pas di badan. 

Definisi dari alterasi atau alteration menurut kamus Cambridge :

"a change or changes made to the size or shape of a piece of clothing so that it fits better"

Beberapa kali saya membantu teman dalam memperkecil maupun memperbesar pakaian. Umumnya mereka memberikan pakaian jenis gaun atau atasan dengan jahitan standar. Jadi secara tingkat kesulitan, saya cukup yakin bisa. Untuk pakaian pribadi, selain memperbesar kebaya dan atasan, saya juga sudah memperbesar rok. Maklum ya, badan tambah besar jadi banyak baju yang harus diperbesar, haha...

Eniwei, Januari lalu, saya menyelesaikan alterasi blazer hitam yang dibeli bulan September 2018. Size baju ini sebenarnya sesuai dengan saya. Tapi di bagian lingkar dada dan lingkar lengan terlihat lebih besar. Lalu, bagian pundaknya terlalu turun, terlihat kurang bagus di badan saya. Blazer ini dibeli secondhand. Merk lokal bagus, terkenal dengan kualitasnya. Kondisi blazer seperti baru bahkan bagian kantung belum dibuka jahitan temporernya (kadang bagian kantung dari baju-baju RTW itu dijahit temporer, kita bisa dedel begitu akan dipakai). Saat itu saya butuh blazer hitam dan tidak ada satu pun yang saya bawa dari Jakarta. So, kebetulan ada yang cocok, saya ambil walau agak kebesaran. 


Lalu akhirnya saya putuskan untuk melakukan sedikit alterasi pada blazer tersebut. Sedikit, soalnya saya tidak mau blazer-nya terlalu pas di badan.

Dengan melihat satu kelas alterasi dari Angela Wolf di Craftsy (sekarang berubah nama menjadi Bluprint), saya berhasil memperkecil bagian-bagian yang kebesaran itu. Ribet ngga sih? Iya, ribet. Karena blazer itu potongannya tidak sederhana. Ada beberapa pieces yang dijahit sambung bila modelnya memiliki princess seams (seperti dalam case saya). Untuk itu, bagian yang didedel (dan nantinya dijahit ulang) lebih banyak daripada atasan sederhana. Selain itu, untuk menaikkan bagian pundak, saya harus menggeser dulu shoulder pad, tidak bisa langsung potong bagian yang terlalu turun itu. Jadi intinya, walau pakai judul "ngecilin sedikit", yang dibongkar sama besarnya dengan "ngecilin banyak". Noh... >_<

Tingkat kesulitan dari alterasi ini terlihat nyata dalam kelas Angela Wolf. Namun saya tetap kekeuh marekeuh untuk mencoba. Apalagi saya lihat bahwa modifikasi yang harus dilakukan tidak akan menyentuh kantung dan bagian pergelangan lengan (karena menurut saya dua bagian itu lebih sulit dirubah). Lagipula, setelah menyelesaikan kelas alterasi tersebut, saya makin yakin untuk melakukannya. Nekad tapi pakai ilmu dan panduan, boleh lah ya...


Hasilnya seperti pada foto ini. Kebayang ngga tadinya bagian ujung pundak (pertemuan dengan lengan) jatuh 2 cm lebih rendah dari itu. Sayangnya tidak ada perbandingan foto "before and after". Yang jelas, saya hepi berat setelah blazer ini selesai karena jatuhnya lebih pas di badan. Plus, pengalaman ini saya nilai sangat berharga. Di kemudian hari, kalau saya menemukan jaket vintage keren yang kebesaran, boleh lah dipermak sendiri, huhuyy...


Menjahit Kain PUL untuk Wetbag

Bulan Januari yang lalu, kelas si kecil mengadakan perjalanan ke gunung dimana murid-murid menginap di sana selama seminggu. Acara ini umum diadakan oleh sekolah-sekolah selama musim dingin, tentunya tergantung budget dan kebijakan sekolah masing-masing. Dalam acara ini, murid-murid belajar ski dan juga belajar tentang alam yang ada di sekitar lokasi menginap termasuk sejarah kota/desa tersebut dan/atau kota terdekat.

Beberapa minggu sebelum si kecil berangkat, saya membuatkan satu wetbag besar untuk menampung baju-baju kotornya. Selain itu, saya juga membuatkan satu toiletries bag dengan motif sesuai dengan selera si kecil. Kebetulan semua bahan ada di lemari jadi saya tidak perlu membeli lagi.

Bahan :
  • Kain PUL motif monyet dkk (zoo)
  • Kain PUL motif dinosaurus dkk
  • Zipper plastik gigi besar
  • Zipper plastik standar
  • Benang warna senada
Alat bantu menjahit : walking foot & Clover wonder clips




Fyi bagi yang belum tahu. Kalau menjahit bahan kain waterproof atau semi waterproof, sebaiknya tidak menggunakan jarum pentul agar tidak meninggalkan lubang di bagian yang harusnya tidak berlubang. Sekarang sudah banyak penjepit yang bisa kita pakai untuk alat bantu saat menjahit. Selain merk Clover Jepang, ada juga merk lain yang harganya lebih bersahabat.

Walking foot dipakai supaya memudahkan kita dalam menjahit kain PUL yang cenderung sulit di sisi yang ada lapisan waterproof-nya. Option lain adalah menggunakan teflon foot. Atau Anda bisa menggunakan teknik selotip Scotch Magic yang ditempel di lapisan bawah sepatu jahit standar.

Bahan kain PUL tidak terlalu memerlukan finishing karena tidak fraying (tidak brudul pinggiran kainnya). Di sini saya hanya memotong kain tersebut dengan gunting zigzag lalu dijahit sambung biasa dengan potongan kain yang lain.

Jarak jahitan yang saya pakai adalah 3.

O iya, model wetbag dan toiletries bag dibuat menyerupai boxy pouch. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. 







Senin, 11 Maret 2019

Pasar Kain di Chartres

Pasar kain atau Marché du Tissu merupakan acara rutin yang diselenggarakan oleh para penjual kain dari negara tetangga (Belanda) dan mengambil tempat di berbagai kota di Belanda, Belgia, Luxemburg dan Perancis. Mereka memiliki jadwal tersendiri dimana acara pasar kainnya selalu jatuh di musim semi dan musim gugur. Biasanya kota-kota di Perancis yang kebagian pasar kain ini hanya di wilayah sekitar Alsace, Lorraine atau  Normandy. Lalu kemudian berkembang ke arah lebih selatan dan akhirnya sampai juga ke kota Chartres di wilayah center.

Untuk kali pertama, pasar kain di Chartres Oktober 2018 tergolong ramai. Pengunjung banyak dan kain-kain yang ditawarkan beragam serta tentunya sesuai dengan musim saat itu. Stand-stand yang paling ramai adalah stand yang menjual kain-kain motif anak-anak. Dan tidak sedikit ibu yang membawa anaknya supaya mereka bisa memilih sendiri kain yang mereka suka. 

Selain kain, tentunya kita bisa membeli juga beragam kebutuhan menjahit lainnya seperti bias binding, jarum pentul, jarum jahit, penggaris pola, kertas pola, benang obras, benang jahit, kotak penyimpan spool benang, dan lain sebagainya. Saat itu kebetulan sedang trend tali webbing yang bermotif garis-garis serta rib knit (untuk lengan sweater atau jaket sportif/casual) yang juga garis-garis. Jadi di pasar ini kita bisa membeli keperluan menjahit yang sedang trend tersebut. 

















dbgcb

Selasa, 05 Maret 2019

Plantain, Revised

Plantain adalah satu pola t-shirt gratis populer dari Deer and Doe yang dirilis pada tahun 2014. Tahun 2017 mereka merevisi pola tersebut sesuai dengan hasil observasi mereka terhadap realisasi pola tersebut di kalangan para penjahit rumahan. Detailnya ada di sini : Plantain.

Kami sudah sempat membuat Plantain versi pertama (belum sempat diposting secara khusus) dan terus terang kami sudah cukup puas. Tapi memang betul bahwa bagian lingkar dada terasa agak ketat dan bagian pinggul terlalu melebar. Bagian leher juga terasa terlalu rendah. Namun tentunya kalau mau kami bisa memodifikasi sendiri - itulah keuntungan dari menjahit sendiri, bisa memodifikasi sesuai kebutuhan.

Dengan keluarnya versi revisi, saya pun tertarik ingin mencoba dan melihat dimana perubahannya. Tapi setelah hasilnya ada, saya tidak bisa membandingkan karena bahan kain yang saya pakai di versi pertama dan versi kedua tidaklah sama persis. Jatuhnya beda (note that again : kain berpengaruh).

Ukuran yang saya pakai adalah 42. Proses penjahitan bagian-bagian baju menggunakan mesin obras 4 benang. Lalu untuk pemasangan binding, hem lengan dan hem bawah baju, saya menggunakan mesin jahit dengan jenis jahitan zigzag kecil. Oh iya, saya menambahkan sedikit detail di baju ini yaitu satu kantung kecil. Pemasangannya juga dengan menggunakan jahitan zigzag.


Menurut saya secara umum t-shirt ini lebih nyaman dikenakan, mungkin juga karena kainnya yang lebih lemas. Sedangkan untuk leher, saya masih merasa agak terlalu rendah. Untuk ke depannya, saya harus memodifikasi bagian itu.

Bahan : 
  • Kain jersey viscose dari salah satu penjual di Salon Aiguille en Fête Paris 2018 - dua kain yang berbeda motif garisnya
  • Knit binding dari Toto Tours
*late post Sep 2018*

Sabtu, 02 Maret 2019

Oslo Coat

Proyek jahit pertama di tahun 2019 sudah selesai.Ya, sebagai proyek pembukaan awal tahun 2019 saya jahit Oslo coat,  dari Tessuti Pattern ( Australian indie pattern).
Saya sangat menginginkan coat simple  berwarna hitam, hangat, ada sakunya tapi ,tidak banyak kancing, bisa di kenakan kapan saja saat di butuhkan tanpa harus memikirkan atau memperhatikan dress code. halaah...😂😜


Intinya saya mau supaya bisa mengenakan coat ini dalam situasi yang informal atau formal sekaligus.
bref!


Pola saya pilih bikin size 10, tanpa buat toile terlebih dahulu. 🙈 Modal nekad. Padahal model coat seperti ini belum pernah saya jahit sebelumnya, pengalaman nol, apalagi di jenis kain seperti wool cashmere ini. Tapi saya pikir saya akan banyak basting sebelum menjahit permanen, saya akan sangat perlahan-lahan dalam proses mengerjakannya untuk menghindari kesalahan (fatal), saya akan membaca instruksi dengan cermat. Well, itu teori awal, pada saat proses jahit saya masih saja membuat kesalahan 😅, tapi tidak fatal sehingga tidak sampai merusak kain hanya membutuhkan kesabaran extra 🤕.
Kain wool cashmere blend ( wool 80% cashmere 20% ) warna hitam sepanjang 2,5m yang sangat tepat  dan cukup untuk dibuat Oslo Coat 😍. Saya memakai weft fusible interfacing untuk melapisi oslo coat sebanyak 2m. Saya ingin oslo coat tidak terlihat kaku dan karena jenis kain wool cashmere sudah cukup hangat, sehingga saya pikir tidak perlu untuk melapisi coat dengan interlining yang lebih tebal lagi, cukup hanya dengan weft interfacing dan kain satin polyester  1m50 sebagai lining Oslo coat.
alat-alat pendukung jahit coat
 Untuk pemilihan bagian kancing, saya pilih pakai dua biji button press sew in  karena tidak ingin "merusak" model pure oslo dengan pakai kancing yang keliatan dari luar ( seperti pola asli), selain itu juga tidak perlu bikin lubang kancing. Dengan jenis kancing ini, saya bisa merubah letaknya dengan mudah pada saat fitting.
Sejak saya selesai jahit akhir Januari, oslo coat ini menjadi coat favorit saya,sering saya kenakan apalagi di saat udara dingin.

*verylatepost