Pages

Kamis, 30 Maret 2017

Buku Menjahit II

Kali ini buku menjahit yang akan saya bahas adalah buku-buku untuk tingkat menengah ke atas. Kenapa? Karena menurut saya, kalau kita baru belajar menjahit dan langsung membaca salah satu atau kedua buku ini, kemungkinan kita malah bingung, baik karena istilah maupun karena teknik yang disampaikan. Tapi kalau Anda punya kemampuan belajar yang cepat dan Anda sendiri bermotivasi tinggi, buku-buku ini pasti bisa Anda "santap" dengan baik.


Ok, kedua buku yang akan saya bicarakan itu adalah:
  1. High Fashion Sewing Secrets from the World's Best Designers by Claire B. Shaeffer
  2. The Dressmaker's Handbook of Couture Sewing Techniques by Lynda Maynard (milik saya adalah yang versi berbahasa Perancis jadi kalau Anda ingin melihat cover versi aslinya, bisa ke sini)

Kedua buku ini agak mirip karena banyak membicarakan tentang teknik-teknik dalam tahapan konstruksi, finishing serta pemberian aksen/detail fungsional maupun dekoratif dalam proses penjahitan pakaian. Selain itu, keduanya disusun oleh orang-orang yang terkenal ahli di bidang couture dan banyak memiliki relasi di kalangan atas dunia haute couture. Namun perbedaan buku-buku ini juga ada. Yuk, kita cari tahu.


High Fashion Sewing Secrets from the World's Best Designers

Buku ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian tentang konstruksi, finishing serta aksen yang cepat namun fancy. Kemudian bagian kedua tentang dasar-dasar merancang pakaian.

Daftar isi:



Buku ini keluaran tahun 1997 dan penulisnya sendiri sudah mengeluarkan banyak buku setelah buku ini (salah satunya adalah the famous Couture Sewing Techniques). Deskripsi tertulis termasuk banyak dengan gaya penulisan yang cukup jelas dan bertahap. Bagi kita yang condong belajar secara visual, biasanya kita akan lebih melihat ke ilustrasi. Nah, ilustrasi di buku ini lebih banyak ditampilkan dengan gambar dibandingkan dengan foto. Bagi saya tidaklah masalah, hanya saja terkadang saya memerlukan waktu lebih banyak untuk mencerna maksud dari ilustrasi (akhirnya ya bolak-balik saja antara deskripsi tertulis dan ilustrasi gambar).


Dari isi buku ini, kita bisa tahu bahwa foto-foto yang ditampilkan di dalamnya menggambarkan fashion di tahun 90-an. Kelihatannya kurang menarik ya. Tapi sebenarnya semua teknik yang ditampilkan bisa beradaptasi dengan jaman sekarang. Misalnya foto di bawah ini:


Teknik yang dibahas adalah Piped Seam. Namun dari fotonya mungkin kita jadi berpikir, siapa mau pakai baju seperti itu kecuali Mamie (nenek). Tunggu dulu, fokus pada teknik Piped Seam. Dan bayangkan teknik tersebut diterapkan pada kemeja lengan pendek modern berbahan katun polos yang kita kasih piping garis-garis atau bunga-bunga, atau polos juga tapi dalam warna yang berbeda. Cantik juga kan?

Salah satu hal yang saya suka dari buku ini adalah adanya beberapa tips kecil yang disesuaikan dengan tema utama bahasan, misalnya tips di bawah (lihat foto). Tips untuk topstitching a wide hem ini ada di pembahasan tentang Hemming.



Dan satu teknik favorit saya ada di bahasan tentang Interfacings and Linings. Teknik Bagging a Jacket ini sangat berguna saat saya hendak menambahkan furing pada jaket atau coat.



Bagian kedua dari buku ini, Design Basics, juga merupakan referensi yang berguna bagi yang ingin belajar dasar dari merancang busana. Namun buku ini tidak mengajarkan cara membuat pola dari zero. Kita harus sudah punya pola dasar (sloper) badan kita, baik drafting sendiri maupun menggunakan master pattern/sloper komersial. Tentang cara membuat sloper, bisa dicek ke postingan Craftsy . Salah satu tempat yang menjual sloper adalah Burda Style ini. Selain itu, bagian kedua ini juga mengajarkan cara meng-copy ready-to-wear dengan berbagai metode. Dari hasil copy, kita bisa menambahkan elemen-elemen desain yang kita inginkan (dibahas juga di dalamnya).

Kesimpulan: Secara umum, walau isi buku ini kurang menarik dari sisi ilustrasi dan terkesan agak jadul, namun ia mengandung banyak informasi yang berguna bagi saya. Asli, banyakkkk... Teknik-teknik yang ditampilkan lebih bervariasi antara teknik couture dan teknik di ready-to-wear. Bagian kedua-nya juga menarik dan tidak ada di buku the Dressmaker's Handbook. Jadi rasanya tak rugi untuk memiliki buku ini di sewing library.


The Dressmaker's Handbook of Couture Sewing Techniques

Daftar isi:

Buku ini keluaran tahun 2010. Cukup jauh ya dengan buku yang pertama di atas. Jadi dari segi penyajian isinya pun berbeda, model-model pakaian yang ditampilkan lebih modern, lalu lebih banyak foto yang size-nya cukup besar dan menarik. Pokoknya lebih enak lah dilihat dan dipahami. Misalnya di bawah ini, teknik finishing neckline menggunakan bias pada atasan berbahan knit/kaos. Foto step-by-step cukup jelas dan mudah dipahami.


Beberapa teknik yang digunakan dalam buku ini lebih melihat dari sisi kenyamanan pemakai busana, dimana hal ini banyak diterapkan dalam haute couture. Misalnya teknik di bawah ini, pemasangan furing/lapisan dalam kantong berbahan satin. Tentunya cara ini cukup mudah untuk diterapkan dalam jahitan rumahan kita, benar tak? 


Bagian yang sangat menarik untuk saya adalah bahasan tentang lining/furing. Di sini dijelaskan perbedaan antara pakaian yang diberi lining dengan yang tidak, dimana hal ini akan mempengaruhi tampilan pakaian yang kita buat. Dari foto di bawah, rok pink (kiri) terbuat dari bahan silk velvet. Separuh diberi lining, separuh tidak. Lining yang dipakai adalah cotton flannel. Nah, kalau dipasang berdampingan begini, kita jadi tahu ya perbedaannya. Demikian juga rok violet (kanan). Bahannya silk satin, liningnya dari cotton batiste.


Dalam buku ini memang banyak dibahas bahan kain yang biasa digunakan dalam haute couture, terutama dari keluarga silk. Jadi jangan heran kalau bolak-balik kita temukan kata "silk". Di chapter 5 pun dibahas khusus tentang "Panduan Bahan Kain Lux/Mewah", baik untuk kain utama, lining maupun interlining.

Kemudian di bahasan terakhir ada cara tentang membuat muslin. Seperti kita ketahui, dalam dunia menjahit itu umumnya orang-orang membuat muslin terlebih dahulu sebelum membuat versi real dari pakaian yang mereka ingin wujudkan. Dari muslin, kita jadi tahu apa yang perlu dimodifikasi sehingga versi real pakaian lebih pas dan nyaman di badan. 


Fyi, penulis buku ini, Lynda Maynard, mengajar beberapa kelas online di Craftsy dalam koridornya yaitu couture. Jadi bila kita ingin belajar lebih jauh, bisa lho meluncur ke sana (ini bukan iklan berbayar ya...).

Kesimpulan: Bila kita lebih berminat untuk memperdalam ilmu finishing dengan teknik couture, kita bisa memilih buku ini. Apalagi kalau kita lebih suka (dan lebih bisa belajar dengan) melihat ilustrasi foto yang menarik dan jelas. Namun sebenarnya buku Lynda Maynard ini bisa melengkapi buku Claire Shaeffer. Jadi tidak ada ruginya untuk memiliki keduanya di library kita.

Ok, semoga berguna ! Happy sewing !

Rabu, 29 Maret 2017

Tote Bag Kuning

Ini hutang lama saya ke anak sulung yang akhirnya sempat dikerjakan. Tote bag ini konsep desainnya hanya satu: harus besar supaya muat untuk sketch book berukuran A3, serta harus cukup kuat. Tapi saya tidak ingin membuat sebesar tote bag yang biasa dipakai orang untuk ke pantai. Jadi cukup flat, tidak terlalu lebar, hanya untuk menampung sketch book A3 tersebut serta satu set peralatan menggambar.


Bahan utama adalah katun kanvas. Detailnya sebagai berikut:

  • Kain outer: katun kanvas kuning dan baby canvas bermotif dari Antiqua Fabrics
  • Kain inner: katun broken white dari IKEA (terima kasih, Joice, yang telah menghibahkan kain ini)
  • Kain dasar: kulit imitasi sisa projek tahun rikiplik, alias sudah lama, jadi lupa belinya dimana
  • Cotton webbing lebar 4cm dari Petit Hérisson (ALMe)


Wah, hutang Mama lunas yaa... Selamat pergi les menggambar... :*




Essential Oil Case

Berhubung sebulanan terakhir ini kami sekeluarga sedang mempelajari penggunaan essential oils (EO) untuk kebutuhan kesehatan dan perawatan kulit, jadi saya pun membeli beberapa EO yang kami butuhkan. Kemudian  saya ingin mempunyai tempat atau case yang praktis untuk menyimpan dan membawa beberapa botol EO tersebut. Oleh karena itu, saya membuat case yang simple dan sederhana.

Bahan kainnya hanya menggunakan sisa-sisa yang ada alias fabric scraps. Kemudian bagian lapisan dalamnya adalah H630 (di-fuse di kain outer) dan Decovil 1 (di-fuse di kain inner). 

Decovil 1 ini tergolong kaku namun sangat cocok untuk membuat dompet atau case. Kakunya tidak berlebihan khususnya kalau bertujuan untuk menjaga botol-botol EO dari benturan. 

Di sini saya membuat catatan untuk kain inner. Kalau kainnya katun dengan ketebalan biasa (oxford, poplin atau patchwork type), di bagian lipatan dalam case terlihat sedikit gelombang kerut (foto case pertama). Ini saya lihat di 2 case yang saya buat di awal-awal trial. 

Kemudian saya mencoba kain katun yg lebih tebal, sejenis gabardine sisa membuat veste Mona. Hasilnya lebih bagus. Bagian lipatan dalam tidak ada gelombang. Rapi. 


So far saya cukup puas dengan EO case sederhana ini walau hanya mampu memuat 3 botol kecil ukuran 5 ml - 10 ml. Cucok lah utk dibawa dalam tas.

Case pertama dan saya pakai untuk sehari-hari


Case kedua (yang bawah)


Rok denim A-line

Sebenarnya rok ini dibuat sebagai wearable muslin untuk bawahan bodice Elisalex yang ada di postingan akhir tahun lalu (lihat di sini). Polanya dibuat sesuai panduan dari buku Cal Patch yang berjudul Patternmaking Simplified. Awalnya saya mencoba-coba untuk membuat rok A-line ini dengan menggunakan sisa kain katun poplin yang ada di rumah. Setelah dirasa ok, baru saya membuat versi lebih panjang sedikit, diperlebar A-nya dan menggunakan kain yang berbeda (denim). Dari versi denim ini, saya membuat bawahan Elisalex merah.

Si rok denim ditelantarkan di akhir tahun lalu sehingga pada akhirnya saya pun bertekad menjadikannya sebagai satu rok manis yang akan dikenakan tahun ini. Tahap pertama, dikasih kantung (patch pocket) dengan desain yang saya suka. Kemudian di kantong itu saya bermain dengan piping bermotif bunga-bunga kecil. Ritsleting saya pilih berwarna ungu lavender yang masih masuk dengan bunga-bunga kecil nuansa pink muda di piping. Lalu, di beberapa tempat saya memberikan sentuhan topstitching dengan benang berwarna pink fuchsia. Haduh, rame juga ya... haha...

Sentuhan terakhir adalah menambahkan waistband, dua lubang untuk ikat pinggang dan kancing plus lubang kancingnya. Selesai! Cucok untuk jalan-jalan dengan atasan sederhana sehingga terkesan jadul, hahaha...

*sambil bernyanyi lagu alm Chrisye, "Engkau masih anak sekolah... Satu SMA... Belum tepat waktu untuk begitu beginiiii..." *




Bahan:

  • Kain denim dari Marché du Tissu (Stoffen Spektakel)
  • Piping dari Mimirose Paris (ALMe)
  • Benang topstitch (Coats) dari Craftsy Shop

Senin, 27 Maret 2017

Menjahit tas Maker's tote

Woohooo..
I made it ! yes ! Maker's tote. 👜
Pola tas dari noodle head sudah bertengger di stash sekitar 2 tahunan..belum mood bikin, belum urgent bikin, sampai pada saatnya saya merasa butuh tas untuk bawa pernak-pernik jahit kalau menjahit di rumah teman atau ke atelier. Biasanya saya bawa perlengkapan jahit di tas untuk keperluan renang/gym 😄 karena memang tidak di pakai tas tsb , atau bahkan kadang hanya isi di tas tote biasa yang ada.
 
Maker's tote - Large size 



Pada awalnya sempat ragu untuk menjahit Maker's tote atau Stowe Bag dari Grainline studio. Secara look saya suka sekali dengan Stowe Bag, secara functional Maker's tote lebih tepat untuk kebutuhan saya. Stowe Bag terbilang mudah, tidak memerlukan banyak bahan & teknik untuk menjahitnya, di bandingkan dengan Maker's tote  ( ada small dan large size) yang membutuhkan lebih banyak bahan & teknik untuk menjahit ( menurut ukuran saya yang belum pernah bikin tas sendiri). Sehingga akhirnya saya pilih jahit Maker's tote dan langsung yang large size pula ( 16" W, 13" H, 7½" deep), see it ?👇 Laa...aaarge!



Kain  empat motif berbeda dan notion untuk Maker's tote sebagian besar saya gunakan dari bahan yang ada di stash. ( yup, sekalian diet stash). Kain exterior depan cotton linen ( Etsy), kain lining interior cotton Marché du Tissus, kain pocket cotton Mondial Tissus. Pada akhirnya saya  beli beberapa items krn memutuskan untuk ganti warna zipper hitam dari stash dengan zipper plastik merah & beli bias binding merah ukuran lebih lebar di banding dengan yang ada di stash, bag handle faux leather dan benang cordonnet untuk bag handle. That's all ! 💃
Beberapa Fusible interfacing yang saya gunakan adalah,  Decovil light yang langsung di pasang di wrong side kain exterior 👉 - error-  👉 harusnya fuse interfacing yang "empuk" padded ( Vlieseline H630)  duluan 😛. Tapi pada akhirnya saya tidak menyesal, karena membuat tas lebih stable di lihat dari luar. Selain untuk bagian exterior tas, saya pakai Decovil Light untuk bagian gusset juga. Untuk pocket saya pakai Vlieseline H200 saja. Dan karena lining tas belum ada interfacing, saya memutuskan untuk pakai quilt batting 😎
Fusible Interfacings
Bagian bawah tas ( bottom bag) saya maunya sturdy, supaya tas tetap terlihat rata, setelah tengok stash saya punya satu jenis interfacing yang sangat kaku ( terkaku di stash dan belum pernah saya pakai), vlieseline S520 ! Kalau di pegang berasa hampir seperti penggaris plastik tebal, tapi setelah di fuse tidak memberi kesan sangat rigid seperti saat di pegang, tapi memberi strengthen dan tas jadi bagus bentuknya di bagian bawah. Bagian ini tidak ada di pattern original.
Intinya, sekali lagi saya ingin memanfaatkan semua bahan/notions yang sudah ada di stok saya, tanpa beli lagi.💪  Dan so far, saya suka dengan pemilihan semua interfacing. Kita lihat nanti bagaimana bentuknya setelah beberapa waktu pemakaian tas.

Walaupun tidak di sebutkan di pattern, saya ingin menambahkan dua keyholders yang di jahit di dalam tas karena saya sering menghabiskan  membutuhkan waktu depan pintu untuk mencari kunci yang saya jatuhkan begitu saja di dalam tas. Juga saya tambahkan bag stand di bottom bag.
Selain itu, button snap di pocket luar saya ganti pakai button magnet yang ada di stash.

Bag handle saya ganti dengan faux leather, ingin mencoba seperti apa bag handle jenis ini dan bagaimana cara menjahitnya. Untungnya pattern Maker's note ini di buat dengan cara yang smart oleh Anna ( NoodleHead designer) sehingga beberapa modifikasi yang saya buat tidak mengganggu design pattern.  Kalau mengikuti petunjuk original, bag handle di jahit sendiri dengan bahan kain yang ada ukurannya. Hal ini tidak saya perhitungkan saat beli bag handle faux leather. Saat jahit bag handle, saya menemukan bisa saja fatal kalo design pattern nya tidak menyisakan "ruang" antara zipper dan bagian tepi atas, karena piece leather agak panjang di bandingkan dengan piece original.
Sebelum jahit, saya pelajari di sini cara yang tepat untuk menangani faux leather bag handle ini.
bagian handle

Jadi bisa saya katakan pattern Noodle head very smart ! 👍 Semua petunjuk dan skema yang ada di detail dan jelas sehingga sangat membantu saya dalam penyelesaian tas ini. Semuanya tepat, tidak ada yang meleset dari sizing dan atau penempatan setiap pieces like puzzles. 😍

Proses jahit terbilang lancar, sampai pada tahap jahit gussets 😫 Bagi saya agak sulit meng-handle bagian round gusset di mesin jahit, sehingga kadang-kadang tidak respect seam allowence yang seharusnya, beda sekitar 3-5 mm.
table - bag stand- snap magnet
Oiya, satu hal yang sangat membantu adalah penggunaan table mesin jahit. Saya baru sekali menggunakan table ini saat dulu menjahit small quilting dan sekarang lagi-lagi meja ini membantu sehingga posisi tas jadi datar dan banyak space di bagian kiri.

Selain itu,  saat proses jahit bag handle, walaupun sudah ada hole yang di siapkan di faux leather tsb, tetap saja buat saya agak sulit melewatkan jarum dari satu sisi ke sisi lainnya, karena ketebalan interfacing membuat agak sulit. No pain no gain ! Akhirnya selesai juga proses terakhir  Maker's tote ini dan saya bisa segera pakai tas ini ke atelier. 💃


Kamis, 09 Maret 2017

Belajar Menjahit dengan Kelas Online

Saat ini kegiatan menjahit menjadi populer kembali di kalangan kaum hawa baik dari tingkat remaja sampai dengan tingkat dewasa. Untuk itu, cara belajarnya pun ikut berkembang dari segi kemudahan waktu dan akses. Yang saya maksud di sini adalah cara belajar menjahit dengan kelas online.

Kenapa dibilang mudah? Karena kelas online sangat membantu kita yang memiliki keterbatasan dalam bergerak dikarenakan oleh kewajiban lain yang tidak bisa ditinggalkan. Kalau kita mengambil kelas menjahit konvensional (yang mana lebih ideal dalam proses pembelajaran), kita harus investasi waktu untuk pergi ke tempat belajar. Untuk beberapa kondisi, hal ini tidak memungkinkan (macet, anak masih bayi, harus mengurus orang tua, tidak ada tempat kursus terdekat, dan lain-lain). Nah, kelas online ini menjadi solusi bagi kondisi-kondisi di atas. Apa saja sih pilihannya?

Berikut ini tiga platform kelas online yang sudah kami coba.

Craftsy https://www.craftsy.com



Craftsy mengeluarkan beragam kelas online dari menjahit, merajut, memasak, fotografi, menggambar, pokoknya segala aya dah... Kalau kita ingin belajar ketrampilan tertentu, Craftsy ini bisa dicoba karena selain pilihannya banyak, kualitas video dan pengajarnya pun termasuk top. Semua pengajar menggunakan bahasa Inggris. Sistem penggunaannya adalah dengan memilih kelas yang kita mau, kemudian kita bayar secara online (by card). Setelah itu, kita bisa mengikuti kelas yang kita beli kapanpun kita ada waktu. Tidak ada batas waktu, alias selamanya bisa dilihat.

Untuk menjahit, Craftsy mempunyai beragam tema, dari menjahit tas sampai pakaian. Pakaian pun ada yang pakaian luar dan ada yang pakaian dalam (bra, korset, etc). Anda bisa memilih belajar dari membuat pola atau langsung menjahit menggunakan pola jadi. Eh jangan lupa, menjahit quilting juga ada lho... Jadi bagi yang memiliki minat luas dalam dunia menjahit, lumayan kan pilihan kelasnya.


Bila pada awalnya Anda ragu untuk membeli kelas, cobalah dulu kelas gratisannya. Ada beberapa kelas yang bisa diikuti secara gratis. Kemudian ada tips dari kami, bila Anda tidak terburu-buru untuk belajar sesuatu, tunggulah sampai Craftsy membuat periode diskon. Karena pada periode ini, harga-harga kelas menjadi lebih murah, bahkan untuk beberapa menjadi jauh lebih murah (contoh diskon bisa dilihat di foto atas). Mendaftarlah dulu untuk mendapatkan kelas (atau pola) gratisan, nanti kalau ada info sale, kita akan menerima email dari mereka.

Review dari kami: Kualitas video bagus, pengajar juga ahli di bidangnya, tingkatan menjahit sampai menyentuh haute couture. So, Craftsy tidaklah mengecewakan, bahkan menjadi platform favorit kami dalam belajar menjahit. 

Burda Academy https://academy.burdastyle.com

Sebagai salah satu pionir dalam fashion sewing, Burda pun memiliki kelas-kelas online bagi yang ingin belajar secara jarak jauh. Memang pilihannya mayoritas adalah menjahit untuk fashion alias garmen. Tapi ragamnya banyak, dari membuat pola sampai dengan menjahit sesuai pola yang ada di majalah Burda (alias sew-along, tapi tidak untuk semua pola, hanya beberapa saja). Pengajarnya tidak sebanyak di Craftsy bahkan cenderung ditangani oleh satu orang yang sama. Bahasa pengantar adalah bahasa Inggris untuk sebagian besar kelas. Sisanya dalam bahasa Spanyol. 

Seperti halnya Craftsy, Burda Academy juga memberikan beberapa kelas gratis bagi yang ingin mencoba. Jadi pertimbangkan untuk mengambilnya dulu sebelum membeli kelas. Periode diskon juga ada walau tidak sesering Craftsy. Biasanya beberapa kelas (dan pola) di-diskon pada saat Black Friday.

Sejauh ini kami hanya mencoba dua kelas saja, tidaklah banyak. Secara umum tampilan kelas mereka standar, tidak semanis tampilan kelas Craftsy. Pengambilan videonya pun masih kurang artistik dibanding Craftsy. Namun hal tersebut tidak mengurangi kemampuan video mengajarkan materinya kepada kita.

Review: Berhubung belum banyak mencoba jadi belum berani review. Namun bagi yang serius dalam menjahit garmen, kami rasa kelas-kelas di Burda Academy sangat cocok.

CreativeBug https://www.creativebug.com

Seperti halnya Craftsy, Creativebug memberikan beragam kelas terkait craft dengan bahasa pengantar Inggris. Namun ada beberapa kelas di Creativebug yang tidak ada di Craftsy, misalnya desain tekstil dan art textile. Kekurangannya dibanding Craftsy, Creativebug menyajikan kelas-kelas yang cenderung basic. Kelas menjahit yang ada, seingat kami hanya ada satu kelas yang levelnya agak tinggi (kelas Simplicity). Itu pun tidak bisa disamakan dengan kelas Couture Dress yang ada di Craftsy (haute couture style).

Sistem yang digunakan Creativebug juga berbeda, yaitu lebih ke langganan (bayar per bulan sekitar 5 dollar). Selama sebulan itu kita bisa melihat semua kelas yang kita mau. Kemudian tiap bulan kita mendapat "jatah" satu kelas yang bisa kita simpan di library kita. Jadi kalau suatu hari kita berhenti berlangganan, kelas-kelas yang ada di library pribadi tetap bisa kita akses.

Tiap bulan Creativebug mengeluarkan beragam kelas baru jadi tidak membosankan. Dan di Facebook Page mereka juga ada "live" secara berkala.

Review: Menarik, beragam topik (tidak hanya menjahit), kualitas video bagus, pengajar juga lumayan. Levelnya saja yang kurang menantang khususnya bagi kita yang sudah cukup lama malang melintang di dunia jahit. Namun bila ada anggota keluarga yang bisa memanfaatkan juga, tidak ada salahnya kita berlangganan Creativebug. Misalnya bila sang ibu mau belajar menjahit dan knitting, sang anak sulung minat belajar menggambar (sketch, doodle, etc), sang anak bungsu minat paper craft, nah... Berlangganannya jadi untuk semua.

***

Selain tiga di atas, kami belum pernah mencoba yang lain. Di Perancis sendiri ada Artesane https://www.artesane.com yang relatif baru namun sudah mengeluarkan beberapa kelas menarik dari pengajar-pengajar profesional di bidangnya. Konsepnya mirip dengan Craftsy namun tema-tema kelasnya hanya dalam bidang yang terkait benang dan jarum. 
Sedangkan di Indonesia, kami melihat sudah ada kelas menjahit online di Sekolah Pintar dan Fitinline. Kami belum pernah mencoba keduanya. Mungkin ada yang bisa share?