Pages

Selasa, 28 Juni 2016

Sewing Mat plus Organizer

Ingat postingan tentang Sewing Machine Cover? Nah, sebenarnya saat membuat scover itu, saya sudah mempersiapkan juga semua potongan kain dan interfacing untuk membuat sewing mat yang senada. Tapi realisasinya baru bisa dilakukan sekitar dua-tiga minggu yang lalu. 

Kalau kita melihat foto-foto sewing mat yang bertebaran di internet, banyak sekali yang memadukan motif dan warna kain secara manis dan serasi. Kemudian, untuk menambah fungsinya, ditambahkanlah organizer berupa kantong-kantong serta thread catcher. Terkadang ada juga yang menambahkan pincushion.

Sewing mat yang saya buat tidak menggunakan pola tertentu, hanya mengukur sang mesin jahit serta panjang kantong yang diinginkan. Pada akhirnya ada dua perubahan yang harus dilakukan, yaitu:

  • Kantong kepanjangan euy... Notions yang saya coba masukkan ke dalamnya jadi tenggelam tak terlihat. Repot juga kalau mau pakai sewing gauge misalnya, trus saya harus ngintip di setiap kantung. Repot, repot. Terpaksa saya potong dari bawah sekitar 7 cm.
  • Thread catcher kebesaran sehingga terkesan membebani si sewing mat (dan tak indah di mata). So saya bikin satu lagi yang lebih kecil. Kemudian wadah yang kebesaran tadi dipakai sebagai organizer bin bagi beberapa notions besar yang ada di sekitar mesin jahit.


Foto dengan thread catcher besar:



Foto dengan thread catcher kecilan:



Jadi material yang saya pakai:

  • Kain katun hijau mint polkadot
  • Kain katun broken white
  • Kain katun motif mesin jahit
  • Bias binding bunga-bunga 
  • Lapisan thermolam (Vlieseline 272)
  • Benang, jarum
  • Decorative ribbon dengan tulisan "hand made" (tapi tidak kelihatan di foto kedua karena tertutup thread catcher)


Ah senangnya! Sudah lama saya ingin membuat sewing mat seperti ini tapi dulu kan saya menjahitnya nomad. Kadang di meja jahit, kadang di meja makan. Jadi malas juga kl harus memindah-mindahkan sewing mat seiring "perjalanan dinas" mesin jahit >_<. Tapi sekarang berhubung saya lebih banyak memakai mesin jahit Bernina tua yang berat sekali kalau mau dipindah-pindah, jadi saya membuat sewing mat ini untuk si Bernina tsb. Sementara kalau saya memakai mesin yang Brother (kadang harus paralel pakai keduanya), tentu jadinya si Brother harus di meja makan, tanpa sewing mat.

Dan ternyata memang berguna sekali sewing mat ini. Saya menaruh notions yang sering dipakai saat menjahit, misalnya gunting kecil, sewing gauge, seam ripper, marking pencil, sewing clips, corner & edge shaper, pernak pernik untuk membersihkan mesin jahit (brush, kain lap, dll), kertas catatan status jarum yg sdg dipakai (mulai dipakai kapan, nomor berapa) dan kadang saya tambahkan pensil biasa, spidol, pulpen dan pins (bisa ditusukkan langsung di mat). Jadi bila saya membutuhkan sesuatu saat menjahit, tidak perlu mengubek-ubek wadah-wadah peralatan jahit. Semua sudah dalam jangkauan tangan. Yippie!

Minggu, 26 Juni 2016

Lutterloh Patterns

Sekitar bulan Maret yang lalu, saya berkesempatan untuk menghadiri presentasi produk dari Lutterloh, satu perusahaan Jerman yang membuat sistem pattern making unik menggunakan meteran dan penggaris khusus. Sistem Lutterloh ini populer dengan nama Golden Rule atau Coupe d'Or (untuk negara-negara francophone) yang dijelaskan sbb: "The system, called the ‘Golden Rule’, was based upon the ‘Golden Section’ or ‘Golden Ratio’, a system used in the art world for centuries to determine the ratios used to find the proper relative measurements for different parts of the human body."


Dalam presentasi tersebut, pertama-tama sales person (mungkin bisa disebut spt itu karena kan beliau jualan yak) menjelaskan bahwa ukuran badan manusia pada umumnya memiliki rasio yang sama, etc etc. Beliau mencontohkan bbrp hal tapi saya sudah lupa, ouch... Kemudian beliau memilih satu model pakaian yang ada di buku/folder Lutterloh dan mengambil mini pola yg ada di dalamnya (ini bagusnya difotokopi dulu supaya tidak merusak aslinya). Lalu beliau mengambil ukuran dari satu hadirin wanita. Ukuran yang diperlukan hanya dua: lingkar dada dan lingkar pinggul. Dari kedua ukuran tersebut, salesman memulai tarik garis sana sini sesuai angka-angka ukuran badan, angka-angka di mini pola serta angka-angka di meteran khusus.

Bingung kan kamuh? Hehe... Lihat ke video YouTube ini aja yak !

Lutterloh system ini dijual sebagai kit dengan berbagai pilihan namun yang ditawarkan pada saat presentasi tersebut adalah kit klasik seharga 139 euros (kurang lebih) yang terdiri dari:

  • 1 buku berbentuk folder yang berisi petunjuk pemakaian dan 280 model pakaian (wanita, pria dan anak)
  • 1 DVD demonstrasi
  • 1 penggaris khusus dari kertas tebal
  • 1 meteran khusus
  • 1 spidol
  • 1 gulung selotip
  • 2 pin
  • Bonus 2 penggaris khusus dari bahan akrilik
  • Bonus 1 expanded sewing gauge

Review aja yah saya... 

Keuntungan dari sistem ini:

  • Pembuatan pola jadi cepat dan hasilnya tergolong akurat
  • 280 model yang ada dalam folder merupakan model yang sudah update dengan jaman (krn tiap tahun mereka membuat model-model baru)
  • Lutterloh memberikan kebebasan kepada customernya untuk menggunakan sistem ini untuk kepentingan bisnis
  • Bila kita membuat bisnis jahitan, sistem ini membantu sekali menghemat waktu dan tenaga sehingga kita bisa fokus pada kualitas jahitan
  • Bila dihitung per model baju, investasi awal yang terkesan mahal malah akan jadi terlihat murah, apalagi kalau dibandingkan dengan indie patterns yang sekarang mem-booming
  • Bila kita suka model pakaian vintage, mengingat sistem ini sudah ada sejak tahun 30-an, maka model-model jadulnya pun bisa kita buru di eBay atau media jual beli lainnya (meteran dan penggaris tetap sama krn sistem tidak berubah)


Kerugian:

  • Mengulang di atas: investasi awal yang terkesan mahal, tapi sebenarnya ada lho kit yang lebih murah (tentunya dengan detail isi yang lebih sedikit)
  • Kalau mau selalu updated (model pakaian sesuai jaman), harus membeli supplemen dan/atau edisi khusus secara berkala. 

Untuk informasi lebih lanjut, bisa melihat ke sini atau ke sini. Dan untuk melihat hasil karya beberapa orang yang telah menggunakan sistem ini, bisa lihat ke sini.




Senin, 13 Juni 2016

Dua gaun di bulan Juni 2016

Pesanan yang selesai bulan Juni ini adalah dua potong dress dengan menggunakan pola yang berbeda. Dress pertama, pola Lekala nomor 4360 yg modelnya fit, ukuran 40 (size Eropa, bukan size Perancis). Sedangkan dress kedua menggunakan New Look 6145 yang modelnya lebih ample (shift dress), tampilan D ukuran 38 (size Eropa juga, bukan size Perancis).

*tabel ukuran New Look 6145

Berhubung pola Lekala yang digunakan ini lebih ditujukan untuk bahan kain jenis knit, maka saya harus membuat muslin terlebih dahulu mengingat bahan kain yang akan dipakai adalah woven (medium weight cotton jenis quilting).



Muslin pertama Lekala menggunakan ukuran 38. Saya mencocokkan semuanya (lingkar dada, lingkar pinggang dan lingkar pinggul) dengan ukuran baju teman (tidak ada proses fitting langsung dikarenakan posisi teman yang jauh). Ternyata terlalu kecil. Saya menghubungi Lekala untuk menanyakan tentang pola tersebut, tepatnya tentang konversi ukuran pola pakaian dengan knit fabric dibandingkan dengan woven fabric. Mereka menjawab dengan jelas dan memberikan kesempatan pada saya untuk berpikir dan mengecek lagi apakah saya mau menukar pola ke ukuran yang lebih besar. Mereka bilang saya bisa tukar tanpa biaya. Cool! Jadi setelah mengecek ulang, saya tukarlah pola tersebut dengan satu ukuran lebih besar (40). Print ulang, trim, tempel, gunting... haemmm... PDF pattern... I'm not a fan.

Muslin kedua, semuanya sesuai ukuran kecuali di bagian under arm. Jadi saya ambil sekitar 1.5 cm kanan dan kiri. Kemudian setelah mempertimbangkan posisi zipper yang di samping, tampaknya kantong harus digeser lebih ke tengah.

Ah iya, desain awal seperti ini :


Pra-penjahitan, seperti biasa kain harus dicuci dahulu, dijemur dan disetrika. Sambil menunggu proses ini, saya memesan kain lining alias furing. Beberapa hari kemudian, kain tersebut sampai dan langsung saya cuci. Ok, yuk, mulai potong kain sesuai pola. Mulai dari kain-kain utama dulu.

Kemudian muncul lah kekhawatiran pertama. Setelah saya meletakkan potongan kertas pola di atas kain polkadot, ternyata saya baru sadar kalau kedua kain lebarnya 110 cm dimana untuk dua dress yang direncanakan bisa tidak cukup. Kenapa? Kerah untuk kedua dress tersebut dipotong secara bias alias diagonal sehingga memakan kain lebih banyak (menyisakan potongan yang tanggung juga ukurannya). Besar kemungkinan, kain untuk dress kedua tidak akan cukup karena ada pieces dari dress pertama yang mengambil juga dari kain untuk dress kedua (untuk kerah dan kantong itu). Jadi saya memodikasi dress kedua dengan menambahkan kain katun lain (popeline Mondial Tissus) berwarna merah. Dengan pertimbangan ini, akhirnya saya mengerjakan dress kedua dulu.

Kekhawatiran kedua, kain untuk dress kedua yaitu katun kotak-kotak merah memiliki garis horizontal yang tidak lurus. Idealnya, bila kita menggunakan kain kotak-kotak, jahitan di belakang dan lengan menyambung rapi, atau istilahnya pattern match. Dan idealnya lagi, bila kita menggunakan kain motif seperti ini, panjang kain harus lebih banyak dari yang seharusnya karena harus matching kotak/print tersebut. Namun bila garis horizontalnya tidak lurus, bagaimana kita bisa menyambung di jahitan? Impossible. Untuk hal ini, saya terpaksa mengabaikannya. Baju tetap dijahit sesuai kain yang sudah dipotong dan diusahakan lurus secara vertikal.

Kekhawatiran ketiga, dress pertama yang akhirnya dikerjakan belakangan :D Model kerah dari dress ini memiliki bukaan di samping kiri leher. Untuk itu pola asli dari Lekala memasang zipper di samping, bukan di belakang punggung, dan lengannya pendek model cap (cap sleeves). Contoh gambar baju yang diinginkan teman saya (hanya tampak depan) memiliki lengan pendek standar. Awalnya saya pikir bisa saja menggunakan ide tersebut (lengan pendek standar) dengan zip samping. Tapi... setelah dipikir-pikir, dengan tidak adanya proses fitting, saya khawatir teman saya tidak bisa masuk ke dalam dress tersebut. Sedangkan kalau saya mengikuti pola asli dengan cap sleeves, ujung zip berakhir tepat di bawah cap kanan jadi ada bukaan yang lebar supaya badan bisa masuk. Akhirnya saya bikin cap sleeves saja daripada beresiko, apalagi model dress-nya fitted, bukan loose.

Kerah di dress pertama (polkadot) pada akhirnya tidak dipasang kancing karena saya khawatir bobot kancing akan membebani kerah. Mungkin akan berbeda bila kain yang digunakan memiliki kandungan wol dimana strukturnya lebih solid.


Proses pemasangan lining dilakukan dengan tangan. Karena sudah sempat coba dua kali, jadi kali ini saya lebih yakin-kin. Yang penting liningnya disetrika dulu sesuai batas seam allowance. Jadi nanti pas dijahit dengan tangan ke dress, kita tidak repot. Kain lining untuk dress pertama adalah katun jadi relatif lebih mudah dikendalikan. Sedangkan dress kedua, liningnya dari satin polyester sehingga agak lebih sulit. Intinya, setrika dulu dengan melipat sesuai seam! *a big reminder*

Secara umum, berhubung saya sudah pernah dua kali membuat baju menggunakan pola New Look 6145 (satu dengan denim, satu lagi dengan batik plus lining), tentunya dress dengan pola Lekala 4360 lebih sulit, apalagi pieces dan darts yang ada lebih banyak dibanding pola New Look. Namun setelah jadi, saya pun naksir pola Lekala ini. Manis. Kayak gulali :)









Minggu, 12 Juni 2016

Tania Culottes

*late post*

Pola Tania Culottes dikeluarkan oleh Megan Nielsen Patterns pada tahun 2013 untuk koleksi Spring Summer. Modelnya tidak seperti kulot yang banyak beredar di pasaran karena berbentuk seperti rok biasa. Hal ini lah yang menarik perhatian anak sulung saya yang style-nya tidak girly namun kadang kepingin juga pakai rok. Bingungin ya... 

Akhirnya sekitar akhir tahun lalu saya memutuskan untuk membeli Tania culottes versi PDF pas Megan Nielsen membuat sale (Black Friday). Sebenarnya saya prefer pola kertas dibanding yang PDF tapi tampaknya nasib harus membawa saya kembali ke PDF, heu... *print, trim, tempel, potong, ...*

Untuk versi percobaan pertama, saya membuat untuk diri sendiri (untuk anak, menyusul ya...).

Catatan terbesar yang harus kita ingat bila ingin membuat kulot ini adalah: banyaknya (panjang) bahan kain yang harus dipersiapkan. Kenapa? Karena kita menggunakan potongan bias (bias cutting) untuk membuat efek lebar pada kulot ini. Kalau pernah membuat half circle skirt, yang kurang lebih seperti itu. Jadi, untuk kulot ini jadi ada 4 pieces yang lebar (depan dua, belakang dua). Plus, pieces untuk pinggang.

Ukuran yang saya pakai adalah L dan tidak ada modifikasi yang berarti. Namun saat penjahitan crotch dimana menyambungkan bagian depan dan belakang, ada ketidakseimbangan ukuran antara pieces yang akan dijahit (depan dan belakang). Bagian belakang lebih panjang! Saya cek ke pola, semua sesuai petunjuk dan instruksi. Saya sempat bingung. Sampai akhirnya saya menemukan beberapa blog yang membahas tentang bagian belakang yang lebih panjang. Diperkirakan karena bias cutting. Silakan baca di sini dan di sini ya, termasuk komentar-komentar di bawahnya. 


So akhirnya saya memotong sedikit bagian belakang supaya sejajar rata dengan bagian depan. Habis itu, baru deh saya jahit.


Invisible zipper yang saya pilih berwarna merah, mengambil warna polkadot yang ada di kain :D Menggunakan invisible zipper yang terkesan kontras dengan keseluruhan kain akan beresiko bila kita tidak menjahitnya dengan rapi dan rapat. Jadi hati-hati ya...



Kain yang saya gunakan adalah katun Jepang dari Antiqua Fabrics dimana mungkin keputusan ini kurang tepat mengingat kulot ini sering dipakai duduk (apalagi kl naik sepeda) jadi mudah lecek. Tapi kainnya lembut dan warnanya gelap (tidak perlu furing), saya sukaa... Mungkin next time saya akan coba dengan kain crepe agak tebal dan/atau kain knit ponte de roma (kalau jadi pakai bahan ini, mungkin harus size down satu ukuran).

Setelah dilihat-lihat, kok kelihatan gemuk yaa... Rasanya saya lebih cocok pakai kulot Burda yang dulu itu.

Minggu, 05 Juni 2016

Dressy Talk Kimono sleeve top

Sudah beberapa waktu saya lirik Dressy Talk patterns, terlebih sejak Tatiana ( designer pattern) mengeluarkan pattern coat 4-in-1. duuuh..naksir! Tapi mengingat tingkat kemampuan jahit saya belum mencapai level untuk menjahit coat tsb :p, saya hanya bisa lirik pattern lain yang gampang saja. Pilihan jatuh di easy kimono sleeve top. Saya beli versi PDF di Etsy, sempat bertukar e-mail dengan designer nya yang siap membantu bila ada pertanyaan soal pattern. Penjelasan Dressy Talk sangat detail, di sertai gambar-gambar yang memudahkan proses jahit, seperti kesukaan saya ;)

Sebenarnya pattern jenis kimono sleeve bisa di dapat dengan mudah secara gratis di internet, membuat polanya sendiri bagi yang piawai atau ada di majalah jahit.

Sewing bestie saya juga sudah mencoba jahit blouse sejenis ini, bisa di lihat di sini tops kimono sleeve cantiknya.

Saya cut di size 48 ( whaat ? hihihi..iya, sedikit beda penentuan size Dressy Talk, size paling kecil di mulai size 42-60). Blouse ini memiliki bust dart, 2 lembar kain untuk bagian depan dan belakang saja. Kain katun butuh 65cm saja, hohoho.. irit kan ? Pattern saya pendekin 4cm, selain itu tidak ada perubahan lain.
bust dart



Saya pakai bias binding warna kontras untuk finishing neckline nya;)

contrast bias & sedikit kelihatan jahitan shoulder kanan
Teknik pemasangan bias binding di instruksi Dressy Talk ini agak sedikit berbeda di banding dengan teknik yang sering saya jumpai. Bias di neckline di jahit sebelum menjahit salah satu shoulder dan side seams. Jadi, setelah menjahit front dan back bodice di salah satu shoulder ( saya jahit shoulder kiri), jahitlah bias di neckline kemudian baru jahit lagi shoulder lainnya ( kanan utk saya).  Proses selanjutnya adalah jahit sleeves, sangat sederhana, hanya di lipat biasa seperti hem, tanpa pakai bias.

Yang saya temukan dengan teknik jahit bias seperti di atas adalah jahitan di shoulder kiri rata di banding shoulder kanan yang ada jahitan. hmmmhh... next time saya akan coba teknik 'normal' alias pasang bias setelah jahit kedua shoulder.



Fitting nya saya suka, lain kali mungkin bisa di panjangin untuk bikin dress.