Pages

Kamis, 28 April 2016

Denim Dress dengan pola NewLook 6145

Pola untuk membuat shift dress sudah cukup banyak ditemukan di pasaran. Dan sebenarnya cukup mudah membuat pola sendiri untuk model seperti ini (sotoy ceritanya :D ). Shift dress itu hanya lurus dan loose (tidak pas di badan alias tidak fitted). Namun ada dart di dada dan di bagian pinggang belakang. Standar kan ya... Walau terkesan basic banget namun model shift dress ini banyak yang menggemari. Dari produsen pola bernama besar sampai yang indie, mereka mengeluarkan model seperti ini. Yang sudah pernah tampil di blog Sewing Besties tentunya Laurel dari Colette Patterns. Nah, kali ini kita melihat pola yang lain yaitu NewLook 6145.



Bahan yang saya gunakan pada project ini adalah denim dari Merchant and Mills. Waktu saya mengunjungi pameran Salon Aiguille en Fête pada bulan Februari yang lalu, salah satu penjual di stand Merchant and Mills mengenakan simple dress berbahan denim ini. Jadi saat itu saya bilang ke mereka bahwa saya mau juga bahan denim seperti yang dipakai si Mbak itu. Jadilah satu setengah meter bahan denim dibawa pulang. Dan baru sempat dijahit sekarang >_<

Seperti biasa, dalam menjahit bahan denim kita perlu memperhatikan:
  • Jenis benang 
  • Jenis jarum
  • Tension atas (perlu disesuaikan)
Jadi, sebaiknya pakailah benang dan jarum khusus untuk menjahit denim (sekedar saran...).


Ukuran yang saya ambil untuk pakaian ini: 16. Modifikasi yang saya lakukan hanya di bagian dart dada. Kemudian, saya memperpanjang pola dress ini sebanyak 8 cm supaya tidak terlalu pendek. Terakhir, saya menambahkan kantong yang menurut anak saya terlalu jauh ke bawah tapi saya memang sengaja membuatnya begitu.


Sebenarnya sih, kita bisa memberikan aksen berupa jahitan topstitch dengan benang warna kontras di bagian-bagian tertentu, misalnya di sekeliling kantong, di keliman lengan atau di sepanjang lubang masuk leher. Saya sudah menyiapkan benang topstiching berwarna fuchsia, tapi akhirnya batal. Topstitch dilakukan hanya dengan benang biru tua, seirama dengan warna denimnya. Not bad lah... Sekarang saya menunggu cuaca membaik supaya bisa mengenakan dress ini saat menjemput anak ke sekolah atau saat belanja ke supermarket *ah ini masih dingiiiin...*

Update: Perdana dipakai keluar rumah, 15 Mei 2016



Rabu, 27 April 2016

Sewing machine cover

Beberapa model mesin jahit jaman sekarang memberikan cover rigid (solid) sebagai bagian dari aksesoris standar. Namun ada juga beberapa model yang memberikan cover berbentuk plastik. Kalau mesin jahit jaman dulu, ada yang mempunyai cover solid (biasanya kayu), ada yang sudah menjadi satu dengan mejanya sehingga dapat dimasukkan ke dalam, namun ada juga yang hanya dilengkapi dengan koper penyimpan yang tidak berfungsi sebagai cover BILA kita memposisikan si mesin di atas meja (kalau bentuknya koper, mesin jahit harus diangkat dan dimasukkan ke dalamnya, bukan sekedar ditutupi - bingung ngga?).

Nah, kalau Anda mempunyai mesin jahit tanpa cover dan selalu/sering memposisikannya di atas meja, untuk menghindari debu, kita bisa membuat sewing machine cover berbahan kain. Ide-ide cover sudah banyak ditemukan di internet. Ada yang sederhana, ada yang berkantong, ada yang menggunakan patchwork dan quilting, dan ada juga yang satu set dengan sewing machine mat, thread catcher (tempat sampah khusus potongan benang) dan juga pincushion.


Cover yang saya buat cukup sederhana. Bahannya menggunakan 3 macam kain katun yang ada di rumah. Untuk bagian depan, atas dan belakang, saya menggunakan lapisan semacam dacron tapi hanya sisa-sisa dari project selimut. Untuk bagian kanan dan kiri, saya menggunakan lapisan kain keras (pislin?) - kode angkanya H250 di bawah merk Vlieseline/Vilene.

Satu kantong dibuat di bagian depan dan dibagi menjadi dua. Yang paling besar untuk menyisipkan meja sambungan mesin jahit sedangkan kantong yang kecil bisa untuk apa saja. Ada aksen sedikit di kantong, yaitu piping berwarna kuning mustard. Finishing di bagian bawah menggunakan bias tape warna coklat tua.



Project ini dikerjakan secara kilat karena tingkat kebutuhannya cukup tinggi. Jadi memang ada beberapa ketidaksempurnaan, hiks, tapi secara fungsi tetap memuaskan. Tinggal membuat sewing machine mat dan thread catcher yang matching-tching...



Mesin Jahit Vintage

Seperti yang kita tahu, mesin jahit rumahan di jaman baheula itu terkenal kokoh dan tidak gampang rusak. Hasil jahitannya rapi dan cantik. Sistemnya yang mekanik cenderung lebih mudah diatasi bila ada masalah. Namun berhubung body dan semua (or, hampir semua) printilan di dalamnya terbuat dari metal, bobotnya jadi lebih berat dibanding mesin-mesin portable jaman sekarang. Jadi masuk akal kalau ada yang bilang bahwa mesin-mesin jahit jaman kita kurang kuat/kurang tahan lama karena banyak parts-nya dari bahan non-metal (plastik misalnya). Tapi perlu diketahui juga bahwa hal ini merupakan salah satu cara produsen mengikuti selera, kondisi dan daya beli pasar. Mesin jahit rumahan di jaman sekarang lebih ringan supaya lebih mudah dipindah-pindahkan. Untuk pemakaian rumahan, sebagian orang memilih mesin jahit yang lebih ringan karena mungkin saja mereka menjahitnya pindah-pindah, misalnya dari ruang makan ke ruang belajar, dari rumah sendiri ke rumah teman, etc. Kalau bobot mesin jahit seperti Singer jadul punya ibu mertua saya, terus terang saya juga ngga mau bolak balik angkat. Turun berok >_<

*mesin jahit mertua*

Kalau ngga salah, saya pernah membaca di artikel asing tentang mesin jahit rumahan di jaman awal-awal baru keluar. Itu katanya berat bangettts dan mahal bangetttss... Katanya lagi, harganya waktu itu melebihi harga rumah. Saya lupa bacanya dimana jadi anggap aja tulisan saya di paragraf ini sekedar gosip, hihi...

Bicara tentang mesin jahit jadul, setelah saya browsing ke berbagai forum anglophone (http://sewing.patternreview.com, http://artisanssquare.com, http://www.thesewingforum.co.uk), ada beberapa model lama yang sampai saat ini masih menjadi favorit banyak orang, terutama para quilters, yang tentunya disebabkan oleh ketangguhannya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
  • Bernina Record 530, 730, 830 dan 930 (mereka sebut "thirty something")
  • Singer Featherweight
  • Elna Grasshopper
Itu baru sebagian saja. Merk lain seperti Kenmore, Viking (Husqvarna), Pfaff dan Riccar pun mempunyai model-model lama dengan ketangguhan serupa. Banyak orang yang meyakini bahwa mesin jahit rumahan jaman dulu itu dibuat untuk masa penggunaan yang panjang dan untuk meng-handle beragam jenis kain dari yang tipis sampai yang tebal. Maka tidaklah heran bila tahan lama dan kualitas jahitannya mantap, mesinnya pun bisa dilungsurkan ke anak atau bahkan ke cucu.

Belum lama ini saya memiliki kesempatan untuk "berkenalan" dengan Bernina Record 830. Kebetulan saat itu saya memiliki sedikit masalah dengan mesin jahit Brother yang biasa digunakan di rumah. Untuk itu, nasib membawa saya kepada Bernina tersebut dan kemudian saya menjadikannya sebagai mesin jahit kedua di rumah (sebenarnya ketiga karena mesin jahit pertama saya, Selecline, masih ada di rumah namun sudah jadi milik anak-anak saya).



Bernina Record 830 ini termasuk yang paling tangguh di jamannya. Masa jayanya sekitar tahun 70-an sampai awal tahun 80. Perawatannya sederhana. Cukup rajin memberikan minyak dan membersihkan dari debu atau kotoran yang menyangkut, mesin ini akan selalu siap bekerja. Kebetulan (lagi) saya mendapatkannya dari seorang mekanik Bernina. Jadi semua hal sudah dicek dan diperbaiki oleh yang bersangkutan sebelum diserahterimakan ke saya.

Hasil jahitan mesin ini cantik dan rapi. Project pertama yang saya buat dengan mesin yang diberi nama Toclo :D ini adalah dress berbahan denim (akan dibahas di postingan terpisah). Seperti yang telah dibahas dalam forum-forum menjahit asing, Bernina ini sangat solid untuk menjahit bahan denim. Yang perlu diperhatikan adalah setting tension yang harus disesuaikan (trial dan error dulu di sepotong kain denim sisa/bekas untuk melihat tension sudah pas atau belum).


Setelah project ini selesai, saya merasa bahwa Bernina ini menampakkan sedikit kejanggalan. Jahitannya menjadi agak loncat-loncat, suaranya agak berbeda, kemudian kadang ada benang dari spool atas yang putus. Saya sempat deg-degan. Kemudian saya ingat bahwa mesin mekanik harus rajin diminyaki. Ada yang bilang di forum, kalau suaranya mulai aneh, kasihlah minyak. Akhirnya saya melihat panduan yang ada (dalam bentuk PDF) serta foto-foto di grup Vintage Bernina Sewing Machine di Facebook. Dengan hati-hati saya memberikan minyak ke point-point yang ditunjukkan di dua referensi tersebut. Begitu mesin digunakan kembali, hasilnya cantik seperti sedia kala dan suara mesinnya halus lagi. Ternyata benar! Hidup mesin mekanik!

*minyak khusus untuk mesin jahit*




Kalau misalnya Anda saat ini sedang mempertimbangkan untuk membeli mesin jahit, coba survey juga ke pasaran mesin-mesin jahit jaman dulu (dengan atau tanpa meja khusus). Mesin jahit lama yang beredar di Indonesia di bawah merk Singer dan Butterfly kemungkinan besar juga memiliki ketangguhan yang sama dengan mesin-mesin yang saya singgung di atas. Mungkin ada baiknya bertanya juga kepada para penjahit senior yang sudah lama menjalankan bisnisnya. Kalau untuk membuat pakaian dan/atau craft, mesin jahit mekanik standar sudah mencukupi.