Pages

Minggu, 09 April 2017

Kebaya Jumputan

Sebagai salah satu busana tradisional Indonesia, kebaya banyak dikenakan di acara-acara resmi maupun kasual, misalnya acara kenegaraan, pernikahan, wisuda, arisan, dan lain-lain. Tentunya model, jenis kain dan aksesoris disesuaikan dengan tingkat formalitas acara, misalnya untuk hang out atau ke kantor, model kebaya dibuat lebih kasual, terkesan simpel serta berbahan kain katun yang ringan. 

Saya sendiri tidak sering mengenakan kebaya namun apa salahnya untuk memiliki beberapa potong untuk acara-acara gathering atau kumpul-kumpul dengan sesama orang Indonesia di sini.

Kebaya kutu baru yang saya buat di percobaan pertama menggunakan panduan dari buku Penuntun Membuat Pola Busana Tingkat Dasar karya Soekarno. Berdasarkan hasil tersebut, saya berniat untuk membuat lagi satu kebaya yang sama namun menggunakan bahan kain jumputan.


Dari pola hasil percobaan pertama tersebut, saya melakukan modifikasi lagi terutama di bagian kerung lengan karena terus terang saya agak kurang sreg di bagian tersebut. Kemudian saya membuat muslin ini. 


Setelah saya mencoba muslin tersebut, saya membuat beberapa modifikasi lagi (langsung di atas kain muslin) yaitu:
  • Mengambil 1.5 cm di kanan kiri jahitan bodice (jadi, diperkecil)
  • Menurunkan pundak 1 cm
  • Memperbesar kerung lengan 1.5 cm
Setelah semua ok, muslin tersebut saya gunakan sebagai pola saat memotong kain jumputan. Alhasil semua jadi lebih cepat dan lebih praktis. Lalu sebelum mulai menjahit, muslin disatukan ke kain jumputan karena saya memanfaatkannya sebagai lapisan/furing. Tekniknya lebih ke arah underlining. Ini saya lakukan hanya untuk bodice, tidak pada lengan (jadi lengannya tanpa furing).

Teknik underlining menggunakan muslin ini ternyata memang lebih praktis bagi saya. Semua tanda yang harus dijahit sudah ada di kain muslin, jadi saya tidak perlu memindahkan ke kain jumputan. 


Kemudian untuk pola lengan, saya meminjam pola Saiph Tunic by Papercut Patterns karena saya cocok sekali dengan lengan ini. Namun supaya pas dengan kebaya, saya memodifikasi (memperkecil) kerung lengannya, menyesuaikan dengan kerung lengan bodice kebaya. 

Proses penjahitan bagian kerah sampai bawah menggunakan tangan. Demikian juga untuk penjahitan hem. Karena menggunakan underlining, penjahitannya pun hanya mengenai si kain muslin/lining, tidak mengenai kain jumputan. Hasil dari luar terlihat lebih rapi.

Kain jumputan yang dibeli berukuran standar (berapa ya?) jadi untuk kebaya ini saya tidak bisa membuat lengannya sampai pergelangan tangan (kainnya tidak cukup - badan saya panjang termasuk tangan). So panjang lengan sampai bawah siku saja. Tak apa lah.

Walau masih ada kekurangan, saya sudah cukup mengagumi kebaya ini karena prosesnya yang panjang kalau dilihat dari waktu pertama kali saya mulai belajar membuat polanya. Selain itu, motif dan warna kainnya cantik, sesuai dengan warna kulit dan keinginan saya. Posisi darts sudah pas jatuh di tempatnya untuk pemakaian kebaya tanpa bustier (yah, cuma untuk kumpul-kumpul saja kan, bukan untuk ke acara resmi). Lalu, fitting secara keseluruhan memang agak "lega" supaya memudahkan gerakan saya. Lapisan muslin sebagai underlining membuat kebaya ini bisa dikenakan di luar musim panas karena kain double seperti ini kan menghangatkan badan.

Untuk berikutnya, kalau mau membuat kebaya serupa namun dari bahan brokat, ada baiknya saya membuat fitting lebih pas di badan. Berarti saya harus memodifikasi lagi polanya. Yak yuk lah ndak apa... Namanya juga belajar ya.



Kain jumputan (dan batik di bawahnya) dari @jumput_jumpit (Instagram).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar